JAKARTA, INFOBRAND.ID – Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar kata brand. Bahkan secara instan, sebagian besar dari kita mungkin mengasosiasikan itu dengan merek sebuah produk dan erat kaitannya dengan logo perusahaan.
Selain itu, banyak juga yang bilang kalau brand hadir sebagai identitas untuk membedakan produk kita dengan produk sejenis yang diproduksi orang lain. Nah, dengan adanya brand, konsumen akan dapat memilih produk mana yang akan mereka konsumsi.
Sementara aktivis brand lokal sekaligus CEO Gambaran Brand, Arto Biantoro menyebut kalau brand adalah sebuah proses pembelajaran yang terus menerus harus dipelajari. Karena menurutnya, pelaku brand di Indonesia saat ini masih sangat sedikit sekali, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menciptakan lebih banyak bisnis berbasis brand.
“Dan saya beruntung karena saya datang dari satu industri yang memang memberikan ruang untuk itu (ruang untuk brand) dan ini menjadi semacam kesempatan buat saya,” kata Arto pada INFOBRAND.ID akhir pekan lalu di Jakarta.
Menurut Arto, dalam dunia brand sendiri yang harus ditekankan adalah kualitas, kemudian setelah itu baru kekuatan equity yang nantinya akan menentukan seberapa berhasilnya sebuah bisnis yang dijalankannya.
“Karena memang untuk sampai di level brand itu waktu dan prosesnya cukup panjang. Tapi bukan berarti kalau dalam konteks bisnis, mereka tidak bisa. Karena semuanya punya kesempatan yang sama, baik dari teknologinya, medianya, ekosistemnya sebenarnya sudah mulai terbentuk. Jadi tinggal masalah niatnya aja. Mau atau tidak? Dan kalau ini terjadi, maka bisnis itu akan jauh berkelanjutan,” jelas pria yang sudah 20 tahun menjadi pakar brand ini.
Lebih lanjut Arto mengatakan kalau brand di Indonesia tak lepas dari rempah-rempah yang justru sebenarnya telah menjadi simbol kekuatan Indonesia dengan dampak dan filosofi yang mendalam. Sehingga Indonesia menjadi lebih terasa, lebih pedas dan lebih enak.
“Sebenarnya Indonesia ini sangat kaya sekali dengan banyak hal, khususnya rempah-rempah. Makanya kemudian rempah-rempah itu dijadikan simbol sebagai sebuah tanda yang memiliki dampak bagi Indonesia. Kalau orang brand jauh lebih paham soal ini,” kata dia.
Untuk itu, pemuatan branding yang bersifat ke-Indonesiaan harus terus dioptimalkan, terkhusus pada usaha yang berskala mikro, yang berkharakteristik kecil namun mempunyai kuantitas yang sangat banyak. Hal tersebut perlu dilakukan secara masif agar menjadi sebuah gerakan atau movement yang bersifat luas. Sehingga, gaung branding-nya akan semakin terdengar. [ded]