Tren berbusana muslim makin digandrungi oleh khalayak dalam waktu lima tahun belakangan. Hal tersebut kemudian membuat sektor usaha yang mengambil segmen ini ikut terdongkrak. Tak jarang, persaingan ketat membuat para produsen cukup sulit untuk keluar dari tekanan pasar.
Salah satu produsen busana muslim yang telah teruji handal dalam menghadirkan busana muslim berkualitas adalah brand Zoya dan Shafira. Berada dibawah naungan PT Shafco Multi Trading besutan Feny Mustafa, kedua brand tersebut menjelma jadi pemain besar segmen busana muslim.
General Manager Digital Marketing Shafira Corporation Gunarto mengatakan pihaknya memanfaatkan ranah digital sebagai saluran promosi dan edukasi dalam memperbesar ceruk pasar.
“Kami membangun branding digital marketing karena kami sadar banyak diantara konsumen kami itu berasal dari kalangan milenial, yakni sekitar 40%. Untuk itu kami memanfaatkan beberapa platform sosial media, khususnya Instagram yang saat ini sangat aktif kami kelola,” ujarnya melalui sambungan telepon di Jakarta, Selasa (8/10).
Dalam membangun engagement tersebut, Gunarto menyebut pihaknya juga mempekerjakan para pegawai yang memang berasal dari kalangan milenial. Dari sana, kemudian didapat kemudahan dalam membentuk cara berkomunikasi yang efektif dalam menggaet pasar.
“Kami mulai intensif di digital pada 2014. Bahkan, saat itu kami lah pelopor pertama di Indonesi yang memperkenalkan tutorial hijab di internet yang banyak ditiru orang sekarang ini. Nah hijab tutorial itu banyak kami mainkan di Insta Story karena bisa langsung terlihat berapa yang view dan respon dari followers,” imbuhnya.
Berdasarkan penuturan Gunarto, Instagram resmi brand-nya saat ini memiliki jumlah pengikut tak kurang dari 650.000 followers. Besarnya jumlah tersebut ternyata banyak membantu brand Zoya-Shafira dalam men-direct market untuk melakukan transaksi belanja.
“Pernah kami melakukan polling di Instagram resmi untuk mendapatkan feedback. Ternyata, 75% konsumen kami lebih suka belanja offline di gerai-gerai kami, walaupun sebenarnya mereka sangat familiar dengan fitur digital. Sedangkan 25% lainnya memilih berbelanja langsung secara online,” terangnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa peran dunia digital sangat membantu untuk mengarahkan konsumen membeli tipe tertentu. Satu kali, Zoya-Shafira pernah melakukan semacam tutorial dan branding terhadap produk tertentu. Tidak berapa lama, produk yang dimaksud ternyata langsung habis persediannya di beberapa outlet.
“Yang penting fotonya harus bagus, modelnya sesuai dan warnanya menarik pasti laku. Contoh lain adalah ketika kami melakukan promosi di digital untuk event di Bandung. Ternyata peserta yang hadir mencapai ribuan orang dan melebihi ekspektasi. Disana kami bisa mendapatkan 2.000 data base baru dan customer baru,” kata dia.
Tidak melulu soal penjualan, Zoya dan Shafira juga melakukan dakwah islami. Setiap Jumat, brand ini membagikan kutipan religi kepada followers-nya di Instagram. Walaupun respon-nya tidak terlalu banyak, Gunarto yakin setiap hal baik pasti memberikan pembelajaran yang berharga.
Dari sisi pertumbuhan bisnis, pria muda ini menuturkan bahwa manajemen mematok target growth 500% untuk penjualan secara digital dan 200% untuk sales offline.
“Pertumbuhan online sangat baik grafiknya. Setiap tahun selalu naik sejak pertama kami kami main di market place. Kedepan kami akan merambah pasar mancanegara dengan target awal Malaysia dan Hongkong. Semoga bisa tercapai semua,” tutupnya.