Kamis, 18 April 2024

Follow us:

infobrand
10th INFOBRAND

GP Jamu Dorong Daya Saing Fitofarmaka Indonesia di Pasar Lokal dan Pasar Dunia

Posted by: 2195 viewer

GP Jamu Dorong Daya Saing Fitofarmaka Indonesia di Pasar Lokal dan Pasar Dunia
Ilustrasi obat herbal

JAKARTA, INFOBRAND.ID - Indonesia miliki keanekaragaman hayati yang belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Dari sekitar 30 ribu jenis tanaman dan hewan yang berpotensi untuk dijadikan obat, hanya 350 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan.

Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa dewasa ini tren masyarakat dalam memilih jalur pengobatan cenderung untuk kembali ke alam (back to nature), yaitu menggunakan terapi herbal. Obat tradisional (fitofarmaka) atau jamu dipercaya dapat menjadi obat berbagai jenis penyakit, termasuk dijadikan minuman untuk menjaga kesehatan tubuh.

Menurut Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Indonesia (GP Jamu) Charles Saerang, fitofarmaka memiliki efek samping yang lebih kecil dibanding obat generik. Karena itu, peruntukannya pun bisa berbeda.

IKLAN INFOBRAND.ID

"Kalau berkaitan dengan penyakit paliatif seperti kanker, fitofarmaka sangat membantu. Namun kalau penyakit-penyakit ringan seperti kolesterol, darah tinggi, reumatik, masyarakat cenderung menggunakan obat-obatan kimia," katanya di Jakarta (23/9).

Menurutnya, fitofarmaka hanya bisa dibatasi oleh empat bahan saja, seperti temulawak dengan sambiloto, temulawak dengan jahe, atau temulawak saja. Tidak boleh lebih dari empat. Karena itu efek penyembuhannya lebih lambat.

"Jadi sifatnya itu sebagai preventif dan promotif, maka harganya lebih mahal. Beda dengan obat-obat kimia yang lebih murah dan cepat, seperti parasetamol dan aspirin. Namun punya efek samping yang juga perlu diwaspadai," ungkapnya.

Charles menambahkan bahwa fitofarmaka merupakan temuan dari farmasi yang harus ada edukasi dari dokter, karena di Indonesia jamu dianggap sebagai obat.

"Penelitian fitofarmaka bisa sampai lima tahun. Harus diimbangi dengan harga jual ke masyarakat yang terjangkau," imbuhnya.

IKLAN INFOBRAND.ID

Untuk itu, tambahnya, Badan POM perlu memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan fitofarmaka. Tujuannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, tetapi diharapkan pula produk herbal asli Indonesia dapat mendunia sehingga dapat menaikkan nilai ekonomi Indonesia. Hingga saat ini, menurut data registrasi Obat Tradisional Badan POM, tercatat baru 23 produk fitofarmaka Indonesia yang terdaftar, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan.

Saat ini telah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka, yang merupakan sinergi dari beberapa instansi terkait yang diinisiasi oleh Badan POM, yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan obat tradisional.

Menurut anggota Komisi IX DPR RI Imam Suroso, obat herbal yang merupakan warisan budaya harus dibangkitkan industrinya oleh pemerintah. Ia menyayangkan bahwa apotek-apotek lebih banyak menjual obat kimia dibanding jamu. Kalau pun ada obat herbal, rata-rata buatan China dan Amerika dibanding produk lokal.

"Padahal bahan bakunya ada di Indonesia, dan murah. Bandingkan dengan obat kimia yang mahal dan langka karena diimpor dari luar negeri."

Obat kimia, tambahnya lagi, merupakan warisan dari penjajah Eropa. Padahal, obat kimia punya efek samping jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan.

IKLAN INFOBRAND.ID

"Contohnya, obat untuk batuk pilek bisa berefek pada ginjal, sementara kalau jamu tidak ada efek samping yang berbahaya bagi tubuh," imbuhnya.

Menurutnya, di China dan India rata-rata orang berumur panjang karena mereka lebih banyak mengkonsumsi obat tradisional.

"Saya juga mengapresiasi langkah Badan POM yang baru-baru ini memfasilitasi kerjasama Indonesia dengan China untuk perdagangan jamu. Harapan saya, Badan POM juga turut membina pengusaha-pengusaha jamu di Indonesia."

Fitofarmaka menempati hierarki tertinggi karena telah melalui proses uji yang lengkap, sehingga keamanan dan khasiatnya sudah dapat dipastikan. Tidak hanya sekedar pendapat empiris atau pengalaman penggunaan dari orang lain, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi fitofarmaka juga harus terstandardisasi, dalam hal ini adalah sesuai dengan standar pada Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia.

Baca berita lainnya di Google News


Share This Article!

Video Pilihan dari INFOBRAND TV

Article Related


Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik, POLYTRON Hadirkan Fast Charging Station di 12 Titik

Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik, POLYTRON Hadirkan Fast Charging Station di 12 Titik
INFOBRAND.ID, JAKARTA - Dalam menghadapi transisi menuju transportasi berkelanjutan, pemerintah telah meluncurkan program baru untuk mendorong penggun...


Gelar Halal bi Halal, FIFGROUP berbagi Kebahagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Gelar Halal bi Halal, FIFGROUP berbagi Kebahagiaan Bersama 35 Panti Asuhan
INFOBRAND.ID, JAKARTA - Setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah, saat kita semua kembali ke fitrah, penting untuk tetap menghidupkan semang...


Transformasi Produksi Pertanian Nasional, Pupuk Indonesia Manfaatkan Snowflake Data Cloud

Transformasi Produksi Pertanian Nasional, Pupuk Indonesia Manfaatkan Snowflake Data Cloud
INFOBRAND.ID, JAKARTA - Snowflake, perusahaan Data Cloud, hari ini mengumumkan bahwa Pupuk Indonesia, salah satu perusahaan nutrisi tumbuhan dan pupuk...


Cegah Pencemaran Lingkungan CooperVision-Plastic Bank Lanjutkan Kerja Sama

Cegah Pencemaran Lingkungan CooperVision-Plastic Bank Lanjutkan Kerja Sama
INFOBRAND.ID, JAKARTA - CooperVision dan PT Plastic Bank Indonesia (Plastic Bank) memperpanjang kerja sama dalam pengumpulan dan daur ulang plastik hi...