Memang tak mudah untuk mendapat gelar Startup Unicorn. Tapi Indonesia punya anak-anak muda kreatif yang menggawangi perusahaan rintisan yang rata-rata mengawali bisnisnya di usia 20 hingga 30 tahun dan kini sudah bergelar Startup Unicorn. Mereka memiliki pendanaan yang fantastis dan mereka mampu meyakinkan pemodal asing untuk berinvestasi di bisnisnya.
Yoris Sebastian, Founder&Creative Thinker of OMG Consulting, mengatakan, jangan salah kaprah. Menurutnya hampir semua startup unicorn ini memulai usahanya dengan modal kecil.
Menurut penulis buku “Oh My Goodness: Buku Pintar Seorang Creative Junkies” ini, pola bisnis para startup unicorn tak jauh beda dengan brand-brand terdahulu yang dibesarkan para pengusaha senior.
Bahkan dari beberapa startup yang sekarang ini menjadi besar, mereka juga tetap menggunakan medium televisi untuk membesarkan marketnya.
Yang harus diperhatikan juga adalah gejala product and customer centric -ungkapan: pembeli adalah raja-red—yang bisa membuat brand kecil seperti Gojek tetap tidak pasang iklan di televisi.” Jadi zaman sekarang sebenarnya tidak ada single answer,’tegas penulis “Generasi Langgas: Millennials Indonesia” ini.
Keunggulan kompetitif dan komperatif apa yang harus dimiliki para pemilik brand di tanah air? Jawaban Yoris adalah Sumber Daya Manusia yang mumpuni. “Sekarang sudah tidak zamannya lagi one man show. Lihat saja William Tanujaya di Tokopedia, Nadiem Makarim di Gojek dan masih banyak perusahaan baru lainnya. Mereka sibuk membesarkan jagoan-jagoan SDM baru sehingga tidak hanya bergantung pada CEO,”kata Yoris.
Para pemilik brand, lanjutnya, bukan hanya perlu benar-benar menjadikan karyawan sebagai prioritas no 1 diatas konsumen, namun juga memberikan pelatihan yang tepat. Di 2020 manusia akan bekerja bersama advance robot dan artificial intelligence.
Bagaimana dengan generasi milenial? Sejauhmana para pemilik brand mafhum dengan pasar ini? “Saya sendiri di buku “Generasi Langgas: Millennials Indonesia”, sudah menegaskan potensi bekerja bersama generasi millennials yang merupakan demografi terbesar di usia produktif saat ini. Bekerja bersama bukan berarti dimanjakan ya! ,”papar Yoris yang tercatat sebagai General Manager termuda se-Asia ini. Menurutnya, menjadi Brand Champion di era millennial, harus mengubah tujuan yang sebelumnya selalu ingin tampil awesome as brand menjadi tujuan baru yaitu membuat konsumen menjadi awesome. Di era sekarang brand yang memuji-muji diri sendiri sudah tidak jalan lagi. Content yang diangkat dalam promotion strategy sudah bukan copywriter based , tapi harusnya menjadi media based.[]