Perusahaan budidaya ikan kerapu PT Ednovation International semakin giat mengembangkan jaringan bisnis guna mencukupi tingginya permintaan pasar. Hal tersebut terungkap saat Redaksi mewawancarai Direktur Ednovation International Irwan Tjandra melalui sambungan telepon di Jakarta, Rabu siang (11/9).
“Permintaanya tinggi sekali, sedangkan kapasitas produksi kami masih belum menutupi kebutuhan market. Itu sebabnya kami buka skema kemitraan untuk mengejar selisih tadi,” ujarnya.
Irwan menyebut, skema kerjasama yang ditawarkan Ednovation kepada investor mempunyai sejumlah keunggulan, seperti diantaranya adalah sistem tata kelola perusahaan yang sudah terstandarisasi secara jelas.
“Kita sudah meraih ISO, jadi semua aktivitas bisnis yang kami jalankan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas. Bahkan hampir semua mitra kami telah BEP [break event point] dalam dua tahun plus dapat untung,” tuturnya.
Dikutip dari laman resmi perusahaan, PT Ednovation International menyodorkan skema kerjasama dengan beragam benefit yang bisa didapat oleh mitra. Keuntungan yang dimaksud antara lain tanam modal awal yang disetor bisa mencukupi hingga tujuh kali panen, sistem bagi hasil 50:50, bisnis bisa diwariskan, serta garansi pembelian/penyerapan hasil panen.
“Saat mitra menanamkan modalnya, kami akan mem-provide semua mulai dari tempat sampai tenaga kerja. Nah, dana mitra itu akan digunakan untuk mencukupi pembelian benih, pakan, dan perawatan. Panen sendiri dilakukan dalam rentang waktu 12 bulan setelah pembibitan,” imbuhnya.
Paket kemitraan yang ditawarkan oleh Ednovation dibandrol mulai dari Rp60 juta hingga Rp400 juta. Untuk skema investasi nominal terkecil, investor akan mendapatkan 500 benih ikan kerapu yang ditempatkan dalam satu petak lahan. Saat panen, satu petak lahan tersebut dapat menghasilkan sekitar 300 Kg ikan kerapu yang dijual Rp150.000 perkilogramnya dalam kondisi hidup.
Ednovation sendiri telah memiliki 400an petak lahan budidaya dan pembesaran ikan kerapu yang sebagian besar berlokasi di Situbondo, Jawa Timur. Sementara satu lokasi lainnya berada di wilayah Provinsi Bali. Sebetulnya, Ednovation memiliki satu site produksi lain yang terdapat di Pulau Sumatera. Namun, karena alasan jarak tempuh, fokus utama kini di arahkan pada dua lokasi awal.
“Untuk benihnya kami budidayakan sendiri. Selain bisa dikontrol dan dihasilkan bibit unggulan, sistem ini tidak merusak ekosistem yang ada. Jika mengambil dari alam itu kurang baik dan juga tidak akan mungkin menutupi demand,” jelasnya.
Adapun, ikan kerapu yang menjadi produk unggulan dari Ednovation adalah yang berjenis hybrid dengan spesies kerapu macan dan kerapu batik. Pemilihan kedua spesies itu lantaran dianggap memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu, kerapu macan dan kerapu batik juga lebih cepat panen dan tahan terhadap serangan penyakit, sehingga dapat memperkecil risiko kematian.
“Secara umum kami panen dua bulan sekali dengan kapasitas produksi 500 Kg yang 90% ditujukan untuk pasar ekspor. Kedepan kami menargetkan dapat memperbesar produksi menjadi 1.000 Kg atau satu ton dalam satu kali panen,” tegas Irwan.