JAKARTA, INFOBRAND.ID - Bali tidak hanya menawarkan potensi wisata. Bedugul, sebuah kawasan pegunungan di Bali, yang terkenal dengan Danau Beratan dan Pura Ulun Danu, pura air terbesar di Pulau Dewata, merupakan lahan pertanian yang sangat subur. Kawasan yang terletak di ketinggian 850 meter di atas permukaan air laut itu terkenal sebagai penghasil stroberi karena cuacanya yang sejuk, sangat cocok untuk tanaman sayuran dan buah-buahan.
Yuliati, merupakan salah satu petani di kawasan tersebut. Dia tinggal di lahan pertanian di Desa Pancasari, persis di sekitar Danau Buyan, yang merupakan saudara kembar Danai Beratan. Di desa yang terletak di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng itu, dia menanam berbagai jenis buah dan sayur, di antaranya stroberi, bawang dan lobak.
Tak hanya sebagai petani, Yuliati juga menjadi mitra penyuplai TaniHub Group, perusahaan Startup Agritech yang berbasis di Jakarta. Sebelum bergabung menjadi mitra penyuplai TaniHub Group melalui TaniSupply, Yuliati tidak mendapatkan kepastian atas pembelian hasil pertaniannya secara rutin dan pembayarannya tidak menentu.
“Setelah bermitra dengan TaniHub, Yuliati mendapat jaminan akses pasar dan harga yang wajar. Sebagai penyuplai dia juga mendapatkan kepastian pembayaran antara tiga hingga tujuh hari saja,” demikian diungkapkan Vincentius Sariyo, Direktur TaniSupply, mencaritakan salah satu kisah peningkatan kesejahteraan mitra petaninya.
Manfaat dari pembayaran yang lebih cepat itu, membuat cashflow menjadi lebih baik, sehingga bisa memutar uang lebih cepat untuk mengembangkan usaha taninya. Dengan produktivitas yang meningkat, Yuliati mampu mengordinir petani-petani di lingkungan tempat tinggalnya untuk terlibat dalam memenuhi kebutuhan akan komoditas yang beragam di Bedugul.
Kisah kesuksesan Yuliati merupakan pengejawantahan TaniSupply salah satu entitas TaniHub Group, dalam mewujudkan salah satu pilar TaniHub Group yakni dampak sosial, yang diukur dengan peningkatan kesejahteraan para petani di daerah di mana perusahaan ini menapakkan kakinya. Dengan membuka akses ke pasar untuk petani, TaniSupply memastikan hasil panen dapat terserap dan tidak ada lagi petani yang sengaja membuang panen mereka karena tidak tahu arus menjual ke mana, atau tidak mendapatkan harga yang wajar.
“Kami juga terus memastikan hasil panen yang kami dapatkan dari petani adalah yang terbaik untuk pelanggan kami,” imbuh Sariyo.
Petani seperti Yuliati, menurut Sariyo, di Indonesia saat ini ada sekitar 27 juta petani. TaniHub Group sendiri memiliki misi menggandeng sedikitnya 1 juta petani sebagai mitra hingga 5 tahun mendatang. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani yang tergabung sebagai mitra, tapi juga menciptakan ekosistem pertanian yang lebih baik antara stakeholder dengan para petani, berlandaskan tiga pilar, yakni Agriculture, Technologi, dan Social Impact.
Salah satu wujud ekosistem yang lebih baik itu adalah pendistribusikan hasil petanian daerah penghasil buah dan sayuran ke daerah lain yang membutuhkan. Langkah ini tidak hanya memenuhi kebutuhan di tempat lain, tapi juga mampu menstabilkan harga di daerah penghasil buah karena tidak terjadi kelebihan pasokan.
Untuk mendistribusikan hasil pertanian dari daerah penghasil buah dan sayuran ke daerah lain, TaniHub Group saat ini telah memiliki lima pusat distribusi yakni di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Tidak hanya berfokus di Pulau Jawa dan Bali, TaniHub juga berencana membangun pusat distribusi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Hal itu bertujuan untuk pemerataan distribusi produk pertanian di Tanah Air, juga membuat rantai pasok komiditas menjadi lebih efisien, sehingga harga lebih stabil dan terkendali.
Selain memiliki pusat distribusi, TaniHub Group juga telah membangun pusat pemrosesan dan pengemasan produk atau processing packing center (PPC) di Malang, Jawa Timur. Fasilitas ini diyakini dapat menghemat waktu distribusi produk pertanian, karena bisa memangkas waktu proses menjadi dua hari. Tidak hanya satu, fasilitas ini juga akan dibangun di tempat lain, seperti di Medan dan Majalengka.
“PPC idealnya ada satu di setiap Provinsi,” ujar Sariyo.
Dukungan Masyarakat
Tidak hanya itu, ekosistem pertanian yang lebih baik, juga diwujudkan melalui dua entitas lainnya yakni TaniHub dan TaniFund. TaniHub adalah platform e-commerce berbasis aplikasi dan website, yang menyediakan hasil pertanian terbaik, dan mempermudah petani menjual hasil pertanian langsung ke konsumen, baik B2B (business-to-business) dan B2C (Business-to-Consumer). Melalui platform ini, petani tidak hanya dapat menjual hasil pertaniannya ke end user, tapi juga ke pedagang atau korporasi besar.
Sementara, TaniFund adalah platform crowdfunding yang didirikan sebagai solusi permasalahan pendanaan yang dihadapi oleh petani. TaniFund yang bergerak di bidang teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) yang berfokus pada petani. Saat ini mitra TaniFund telah mencapai 1.900 petani dan target hingga akhir tahun menjadi 2.500 petani. Dari sisi realisasi peminjaman di semester II/2020, perusahaan telah menyalurkan pendanaan Rp136,6 miliar, dengan target tahun ini diproyeksikan total dana yang disalurkan akan mencapai Rp150 miliar.
Ivan Arie Sustiawan, CEO dan Co-Founder TaniHub Group, menambahkan, TaniHub Group memiliki visi Agriculture for Everyone, yang berarti tidak hanya petani yang bisa terlibat dalam pertanian, tapi juga semua orang dengan ikut mendukung pertanian di Indonesia. Dengan TaniHub Group, dukungan itu dapat dilakukan dengan lebih mudah, tanpa harus turun ke ladang untuk bertani, tapi dengan cara membeli hasil pertanian Indonesia melalui TaniHub atau menjadi lender melalui TaniFund.
Dengan keterlibatan dan dukungan semua masyarakat Indonesia, target TaniHub Group untuk menggaet 1 juta petani dalam 5 tahun ke depan bukan hal yang tidak mungkin. Dengan 1 juta petani yang tergaung dalam ekosistem pertanian yang lebih baik dan dukungan masyarakat, niscaya akan membawa pertanian Indonesia ke masa depan yang lebih baik.