JAKARTA, INFOBRAND.ID - Pandemi Covid-19 yang berlangsung dua tahun lebih telah membawa perubahan besar pada perkembangan teknologi digital serta kebiasaan masyarakat. Ada banyak hal yang diuntungkan dari perubahan tersebut, salah satunya sektor e-commerce yang diyakini menjadi pondari ekonomi Indonesia ke depan.
Hadi Kuncoro, Group CEO PowerCommerce.Asia menyebut, perkembangan e-commerce saat ini telah menjadi pondasi perkembangan lebih lanjut. Jika selama ini berbagai model bisnis e-commerce telah berkembangan sendiri, seperti Business to Business (B2B), Business to Government (B2G), dan Business to Customer (B2C) telah sukses berjalan sendiri-sendiri, ke depan masing-masing telah mulai membentuk sebuah super ekosistem.
Menurut Hadi, ada lima hal yang menjadi faktor utama pendorong perkembangan tersebut antara lain; pertama penggunaan Smartphone yang sudah menjadi keharusan, yang akan semakin memperngaruhi kebiasaan masyarakat, termasuk perilaku belanja. Kedua, kebiasaan belanja online tidak hanya dilakukan oleh masyarakat perkotaan, tapi masyarakat yang tinggal di pedesaan juga akan semakin terbiasa berbelanja secara online.
IKLAN INFOBRAND.ID
Dan yang menarik dari demografinya, ternyata didominasi oleh usia 35 tahun ke bawah, yaitu kalangan milenial dan Generasi Z. Dimana generasi ini memiliki kecenderuangan punya rasa penasaran yang tinggi, dan memiliki tuntutuan yang sangat tinggi. Dalam mencari dan membandingkan produk. Mereka akan bertanya, kalau tidak direspon bisa pindah ke toko lain.
Selanjutnya, kegiatan belanja online yang dulu terkesan ribet, dan susah di mata masyarakat, saat ini justru masyarakat menjadi inklusif, atau mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan masyarak lainnya. Dan terakhir, cashless sociaty, dengan hadirnya e-money, digital bank membuat belanja online akan semakin mudah untuk dilakukan.
Di sisi lain, perkembangan teknologi yang pesat selama dua tahun terakhir juga telah menciptakan tren-tren baru di ranah e-commerce. Di sektor B2B ecommerce, muncul pemain-pemain yang mendigitalkan antara offline dan online, konvensional network distribusi, warung dan grosir yang tidanya tidak terdigitalisasi, kedepan akan semakin terdigitalisasi, terintegrasi dengan ekosistem ranah marketplace. Ini yang sekarang dipelopori oleh bukalapak dengan Mitra Buka Lapak.
Selanjutnya ada pola online to offline (O2O), ini seperti yang dilakukan oleh JD.ID yang membuat gerai O2O untuk memberikan pengalaman berbelanja offline di toko online. Model ini ke depan juga akan semakin banyak dilakukan oleh pelaku e-commerce.
Selain itu, ada juga yang akan mulai masuk ke Indonesia, yaitu manufactur to customer. Meskipun masih sangat baru, namun model ini diprediksi juga akan semakin ramai di Indonesia. Tapi sudah mulai tercipta ketika e-commerce atau official store sudah mulai memiliki fitur-fitur tambahan yang nantinya bisa menciptakan konsumen belanja ke manufactur.
IKLAN INFOBRAND.ID
Tren berikutnya, yang sudah terjadi life streaming commerce, seperti tiktok shoping. Di ranah marketplace, juga sudah ada seperti Shoppe Life dan Tokopedia Play. Kedepan kehadirannya akan menjadi inovasi shopper experience melalui program di official store. Dan itu yang disenangi di ranah kelompok generasi milenial.
Dan terakhir ada Gaming Commerce, yang ke depan akan menjadi keniscayaan. Hadirnya Metaverse dan Metacommerce akan menjadi pendukung tren tersebut. Bahkan beberapa marketplace, seperti shopee, dimana memiliki unit bisnis game company, sudah mulai mengkombinasikan pengalaman shopping behavior fitur perilaku interaktif di game.(Agus Aryanto)
