Partisipasi Indonesia pada The 2nd China International Import Expo (CIIE) 2019 yang digelar di Shanghai, Tiongkok pada 5—10 November 2019 membukukan nilai transaksi sebesar USD 4,1 miliar. Capaian transaksi ini berasal dari kegiatan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk produk biji plastik daur ulang, sarang burung walet, oleo chemical, serta batu bara.
“Perolehan tersebut menunjukkan peluang pasar Tiongkok masih terbuka lebar. Selain itu, nilai tersebut masih ada kemungkinan untuk bertambah,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward.
Dody menyampaikan, terdapat potensi transaksi dagang yang masih ditindaklanjuti untuk produk biskuit, kopi, jus, sarang burung walet, produk turunan kelapa sawit, dan biji plastik daur ulang. Selain itu, terdapat penandatanganan MoU untuk proyek investasi dari Tiongkok.
China Coal Import Summit 2019
Di sela CIIE, Dody juga menghadiri pertemuan China Coal Import Summit (CCIS) 2019 di Shanghai, Tiongkok pada Sabtu (9/11). Pertemuan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan CIIE 2019.
Pada pertemuan ini, Dody menyampaikan peluang ekspor batu bara Indonesia ke pasar Tiongkok. “Ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok berpeluang untuk terus ditingkatkan, mengingat masih banyak potensi sumber daya yang masih dapat dikelola,” ujarnya.
Dody menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan terus menjadi pemain penting dalam industri pertambangan global dengan produk utama batu bara, tembaga, emas, timah, bauksit, dan nikel. Indonesia menjadi salah satu penghasil batu bara terbesar di dunia.
Sementara, Tiongkok adalah tujuan utama ekspor batu bara Indonesia. Ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok terus meningkat selama dua tahun terakhir dan memiliki potensi untuk tumbuh. Pada 2018, ekspor batu bara ke Tiongkok mencapai USD 6 miliar dengan pangsa hampir 25 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia.
Dody melanjutkan, selain sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik, batu bara memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mempromosikan perdagangan berkelanjutan dengan mendorong peningkatan produk pertambangan bernilai tambah dan membuat peraturan pendukung untuk memberikan peluang pendirian pabrik pengolahan serta pemurnian mineral di Indonesia.
Sumber daya dan cadangan mineral dan batu bara Indonesia masih prospektif di masa depan, baik untuk industri hulu maupun industri hilir. Namun demikian, industri batu bara Indonesia masih membutuhkan investasi untuk memaksimalkan potensinya
Sebagai mitra utama dalam perdagangan batu bara Indonesia, Tiongkok diharapkan dapat berinvestasi dalam pengembangan teknologi batu bara bersih yang akan diterapkan di Indonesia. Indonesia akan melanjutkan reformasi perdagangan dan investasi untuk menjadi lebih terintegrasi ke dalam ekonomi dunia,” terang Dody.
Pada pertemuan ini, Dirjen PEN bersama Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun menyaksikan penandatanganan MoU antara perusahaan batu bara seluruh dunia dengan perusahaan Tiongkok dengan volume total mencapai 82
,2 juta ton. Dari total volume tersebut, batu bara asal Indonesia tercatat sebesar 40,56 juta ton dari 19 perusahaan Indonesia.