Produsen es krim kenamaan di Indonesia, PT Campina Ice Cream Industry Tbk., terus menegaskan posisinya sebagai salah satu pemain besar dalam industri ini. Terbaru, brand asal Kota Pahlawan itu berencana meningkatkan kapasitas produksinya pada tahun depan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Perusahan PT Campina Ice Cream Sagita Melati kepada redaksi melalui pesan tertulis. Menurut dia, target yang dibidik perseroan itu akan mulai direalisasikan melalui penambahan fasilitas produksi.
“Selain itu, kami juga melakukan optimaliasi factory existing yang ada saat ini,” ujarnya, Rabu (27/11).
Merujuk pada public expose tahunan yang digelar di Surabaya kemarin (26/11), emiten dengan kode saham CAMP itu memasukan rencana peningkatan produksi ke dalam salah satu langkah strategis perusahaan.
Dalam siaran pers yang diterima Redaksi, brand es krim yang memulai bisnis pada 1972 itu menyebutkan bahwa perseroan melaksanakan investasi melalui penambahan mesin baru untuk beberapa jenis produk es krim.
Investasi tersebut diharapkan mampu mendukung pengembangan usaha perusahaan pada tahap berikutnya dan meminimalkan dampak peningkatan biaya operasional melalui peningkatan output dan efisiensi.
Hingga berita ini diturunkan, Sagita masih belum memberikan konfirmasi terkait besaran pertumbuhan pasca penambahan mesin baru. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun Redaksi, Campina menargetkan peningkatan produksi hingga 30% pada tahun depan.
Rencana ekspansi CAMP pada fasilitas produksi, khususnya mesin dapat diamini. Pasalnya, kapasitas produksi dan kapasitas terpasang mesin Campina telah mendekati daya maksimum. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Direktur Campina Adji Anjono dalam sebuah wawancara di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Sudah hampir-hampir mepetlah [untuk produksi maksimal],” katanya.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, produksi es krim Campina pada sepanjang 2018 mencapai 23,8 juta liter. Artinya, jika perseroan mengincar kenaikan 30% pada 2020, maka entitas bisnis rintisan Darmo Hadipranoto tersebut diproyeksi bakal menghasilkan sekitar 30 juta liter es krim pada tahun yang sama.
Target peningkatan produksi Campina pada 2020 diperkirakan masih belum dapat mendongkrak pusaran cuan perseroan secara signifikan. Mengingat, peningkatan produksi akan berbanding lurus dengan kebutuhan bahan baku susu yang selama ini masih didominasi oleh pasokan dari luar negeri. Belum lagi volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang masih jauh dari tren penguatan.
Sebagai informasi, industri es krim maupun sektor lain yang memanfaatkan susu sebagai bahan dasar masih mengandalkan komoditas dari mancangera untuk berproduksi.
“Itu [impor susu] masih menjadi masalah klasik yang sudah lama dihadapi oleh pelaku usaha. Tidak hanya Campina, tetapi semua industri yang berbasis susu pasti mengandalkan produk impor. Mengapa demikian? Karena kapasitas produksi susu lokal hanya mencukupi sekitar 21% hingga 25% saja dari total kebutuhan nasional,” sambung Adji.
Dari sisi kinerja, hingga kuartal III/2019, CAMP berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp768,46 miliar. Capaian tersebut tumbuh 7,16% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hasil moncer tersebut turut menopang laba bersih perseroan yang tercatat Rp51,57 miliar, naik 15,77% dibandingkan kuartal III/2018 yang sebesar Rp44,54 miliar.
Adapun, target penjualan Campina pada sepanjang tahun ini adalah sebesar Rp1 triliun dan pertumbuhan bisnis mencapai 8%.