Posted by: Dedi Hidayat 21-10-2019 16:45 WIB 2048 viewer
JAKARTA, INFOBRAND.ID – Adaptif terhadap tren perilaku konsumen yang serba digital, memacu merek-merek di Indonesia untuk melek digital branding agar tetap survive di era perubahan go digital.
Tren perubahan ini pun menjadi fenomena yang wajib ditangkap secara serius oleh pengelola brand untuk tetap dapat meng-grab calon pelanggan melalui media digital atau internet yang pastinya dapat meningkatkan revenue perusahaan.
Namun untuk bisa masuk ke ranah digital, tentunya para pelaku brand harus bisa memahami terlebih dahulu siapa yang akan menjadi target pasarnya, tipe, daya tahan produk serta sumber daya yang dimilikinya.
“Kalau produknya untuk generasi baby boomer atau produk makanannya tidak tahan lama, tentunya pasar offline tetap dapat menjadi pilihan utama. Namun memasarkan produk secara digital juga tidak menjadi masalah,” kata pengamat ekonomi sekaligus dosen Universitas Airlangga (Unair), Dr. Gancar Candra Premananto, MSi., CMA dalam pesan singkatnya pada INFOBRAND.ID di Jakarta, Senin (21/10).
Tak hanya itu, agar bisa masuk ke dunia digital, sebuah brand juga harus bisa menumbuhkan rasa kepercayaan dan jaminan terhadap kualitas produk yang ditawarkan kepada para konsumennya.
“Untuk memunculkan niat awal membeli, diperlukan rating dan testimoni yang baik dari pembeli. Jaminan produk sesuai dengan foto juga menjadi hal yang sangat penting untuk sebuah brand,” jelasnya.
“Dengan demikian strategi utama adalah menjadikan konsumen percaya dan menjaga kepercayaan konsumen,” sambungnya.
Menurutnya, dunia digital saat ini juga sudah masuk area Red Ocean. Sehingga tetap dibutuhkan inovasi dan kreativitas untuk bisa mempersuasi konsumen agar tetap mencoba dan memesan kembali produk yang ditawarkan.
“Karena semakin kreatif upaya pemasaran, maka semakin kecil dana yang akan dikucurkan untuk aktivasi merek. Low budget high impact tergantung pada masalah kreativitas dan inovasi yang bisa dihadirkan. Bukan semata masalah anggaran yang disediakan,” tutup Gancar. [ded]