Perang Dagang AS-China Picu Gelombang Kejut Ekonomi Global, Indonesia Wajib Waspada
Posted by: Alvin Pratama | 08-05-2025 11:09 WIB | 350 views

INFOBRAND.ID – Dunia tengah menghadapi fenomena luar biasa yang belum pernah terjadi dalam kurun waktu 30 hingga 40 tahun terakhir. Sebuah gelombang ketidakpastian global tengah mengguncang perekonomian dunia akibat perang tarif antara dua kekuatan ekonomi terbesar: Amerika Serikat dan China. Fenomena ini dikenal dengan istilah global trade shock wave.
Situasi ini bermula dari kebijakan resiprokal tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, dalam 100 hari pertamanya menjabat. AS menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk China, hingga mencapai 30%–40%, yang kemudian memicu aksi balasan dari negara-negara terdampak.
Yang menarik, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan terutama China secara terbuka menantang dominasi kebijakan perdagangan AS. Serangan balik dari China tidak main-main: tarif balasan yang semula 30% meningkat drastis hingga mencapai 245%. “Ini angka yang hampir tidak masuk akal,” ujar Wahyu T. Setyobudi, Transformation, Innovation and Marketing Specialist Global Business Marketing – Binus Business School, dalam forum diskusi strategis yang digelar belum lama ini.
China tidak hanya membalas dengan menaikkan tarif, namun juga mengambil langkah strategis seperti mengalihkan impor produk pertanian dari AS ke negara lain — daging sapi kini didatangkan dari Australia, dan kedelai dari Brasil. Lebih dari itu, China membatasi ekspor rare earth elements, komoditas penting yang selama ini 90% pasokannya berasal dari negara Tirai Bambu itu.
Dalam langkah kontroversial lainnya, China melonggarkan perlindungan terhadap kekayaan intelektual (IP). Jika sebelumnya Beijing berkomitmen menjaga hak cipta dan paten, kini mereka membuka ruang untuk pelanggaran IP, yang berpotensi memicu lonjakan produk tiruan (KW) di pasar global.
Dampak dari global trade shock wave ini dipastikan akan terasa hingga ke Indonesia. Ketidakpastian pasar global mendorong para pelaku bisnis untuk mencari alternatif pasar, termasuk dengan mengalihkan ekspor ke wilayah baru. Hal ini bisa menciptakan dinamika yang signifikan di pasar dalam negeri.
“Brand-brand yang selama ini fokus ke ekspor harus siap menghadapi realitas baru. Mereka akan berusaha keluar dari jebakan lama dan mencari arah ekspor baru,” lanjut Wahyu.
Sebagai penutup, Wahyu mengimbau para pelaku usaha untuk terus memantau perkembangan geopolitik dan perdagangan dunia. “Kita tidak bisa lagi bersikap pasif. Setiap hari, dinamika global ini dapat mengubah arah bisnis kita di masa depan,” tegasnya.
Baca berita lainnya di Google News