INFOBRAND.ID - Pesatnya perkembagan media sosial di Indonesia telah mendorong pertumbuhan social commerce. Berdasarkan laporan Sirclo dan Ravenry, GMV social commerce di Indonesia diperkirakan sebesar US$25 juta pada 2022. Jumlah itu melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar US$12,3 juta.
Ada sejumlah alasan mengapa social commerce punya potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Menurut Hootsuite, belanja lewat media sosial memberikan pengalaman baru yang lebih interaktif terhadap konsumen dibandingkan e-commerce. Melalui media sosial, konsumen juga dapat dengan mudah membagikan produk yang mereka inginkan atau sudah dibeli kepada temannya.
Lalu, konsumen bisa berkonsultasi kepada temannya ketika ingin membeli suatu produk. Kemudian, media sosial membuat konsumen lebih mudah membeli setelah melihat-lihat berbagai produk. Selain itu, media sosial memudahkan interaksi antara pembeli dengan penjual.
IKLAN INFOBRAND.ID
Meski dianggap prospektif, pemerintah was-was dengan kehadiran salah satu social commerce yang diluncurkan TikTok, Project S. Sebab, platform tersebut dianggap dapat merugikan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Pasalnya, melalui Project S, Tiktok diduga mampu mengetahui berbagai data barang yang diminati konsumen. Kemudian, mesin algoritmanya mendorong konsumen untuk membeli barang yang diproduksi langsung oleh TikTok.
