Jakarta, INFOBRAND.ID – Selama pandemi COVID-19 aktivitas olahraga semakin meningkat di masyarakat. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap efektifitas olahraga. Jika udara berkualitas buruk, olahraga tidak akan bermanfaat bahkan membahayakan. Untuk membantu para pecinta olahraga, aplikasi NAFAS hadir berfungsi sebagai pemantau kualitas udara melalui aplikasi.
Berdasarkan studi dari University of Cambridge yang berjudul Dapatkah polusi udara menghapus manfaat kesehatan dari bersepeda dan berjalan kaki? Jika level PM 2,5 mencapai 100 ug/m3, maka berolahraga di atas 90 menit tidak akan bermanfaat bagi tubuh dan justru membahayakan tubuh.
Selanjutnya, jika tingkat PM 2,5 di atas 165 ug/m3, maka waktu olahraga yang optimal adalah maksimal 30 menit. PM 2,5 merupakan polutan paling berbahaya jika terhirup di tubuh manusia.
Erlang Samoedro, Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist), menjelaskan bahayanya jika PM 2,5 terhirup.
"Beberapa risiko penyakit yang mungkin muncul karena terhirupnya PM 2,5 antara lain asma, stroke, dan kanker paru-paru," jelasnya
Co-founder sekaligus Chief Growth Officer Nafas Piotr Jakubowski mencatat bahwa minat untuk berolahraga di luar ruangan meningkat selama pandemi virus corona. Ini karena terlalu lama beraktivitas di rumah.
Di satu sisi, Piotr mengatakan bahwa berolahraga di luar ruangan ketika kualitas udara buruk akan berdampak negatif bagi kesehatan.
"Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga," kata Piotr saat pemaparan hasil pemantauan kualitas udara di Jabodetabek secara virtual, Selasa (17/11).
Oleh karena itu, Nafas menyediakan layanan pemantau kualitas udara melalui aplikasi. Salah satu fiturnya yakni pencarian PM2.5 di peta. Pengguna bisa mengubah data dari Air Quality Index (AQI) menjadi indikator PM2.5.
Ada juga fitur notifikasi untuk membatasi waktu olahraga, jika kualitas udara di sekitar kurang baik. Pesan khusus ini muncul di semua data point, baik peta maupun halaman detail. Selain itu, memberikan rekomendasi waktu yang cocok untuk berolahraga di luar ruangan.
Ada juga fitur peringkat kota, beranda yang dipersonalisasi, dan portal pengetahuan dengan penelitian dan informasi tentang dasar-dasar kualitas udara.
Pemantauan Kualitas Udara di Jabodetabek
Nafas merilis data adanya risiko kesehatan saat olahraga outdoor pukul 04.00-09.00 WIB berdasarkan Polusi Particulate Matter (PM 2,5) dunia.
"Berdasarkan data temuan, banyak lokasi yang sering kali memiliki tingkat PM 2,5 yang telah melebihi 100 (ambang batas aman). Tentu ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman," kata Piotr.
Berdasarkan lima wilayah yang dipantau selama 30 hari pada Agustus 2020 (DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi), kota dengan pembacaan PM 2,5 rata-rata terendah adalah Bogor dan Jakarta Pusat.
Sebaliknya, dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan dan Bekasi yang memiliki kualitas udara lima hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit.
Uniknya, tingkat kualitas udara di Jabodetabek selama jam olahraga sangat bervariasi. Suatu hari kualitas udara bisa bagus, di hari lain bisa buruk. Sebagai contoh, dari pantauan nafas selama sebulan penuh, Bogor, Jakarta Pusat, Depok, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan memiliki kualitas udara yang dapat diterima untuk berolahraga pada 1 Agustus.
Namun, pada 7 Agustus, olahraga sebaiknya dibatasi hanya sampai 90 menit di semua wilayah Jakarta, kecuali Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Ini semakin menegaskan betapa pentingnya mengukur kualitas udara kita tepat sebelum kita melakukan olahraga.
Nafas telah memasang 46 sensor kualitas udara di berbagai titik di Jabodetabek. Setiap sensor itu nantinya dapat memberikan data kualitas udara real-time bagi pengguna melalui aplikasi. Aplikasi pemantauan kualitas udara ini memberikan data kualitas udara di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Depok.
Unduh Aplikasi Nafas di sini.