JAKARTA, INFOBRAND.ID - Penyebaran virus corona atau covid-19 telah memukul berbagai sektor bisnis di dalam negeri. Tidak hanya bisnis UMKM saja, tapi juga bisnis dengan skala besar. Hal ini disampaikan oleh Chairman TRAS N CO Indonesia, Tri Raharjo dalam IBN E-Gathering & Charity 2020 yang diselenggarakan oleh Komunitas IBN (Indonesia Brand Network) yang bekerjasama dengan Magister Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Airlangga (Unair), Media INFOBRAND.ID dan SMART FM Surabaya pada Kamis (16/4) lalu melalui aplikasi video conference Zoom.
Dalam seminar online yang bertajuk “Surviving Business Around Pandemic” tersebut, Tri menjelaskan bahwa sedikitnya ada 10 provinsi terbesar yang terkena dampak dari pandemi covid-19 ini. Dimana DKI Jakarta paling mendominasi dengan 2000-an lebih dari total 5000-an lebih yang terkonfirmasi positif sehingga pemerintah harus mengambil langkah dengan menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna memutus mata rantai virus corona ini.
Imbasnya, kata Tri, hampir semua para pelaku bisnis terpukul akibat banyaknya orang yang tetap stay dirumah. Bahkan tak kurang dari 1,6 juta pekerja pun dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK dari perusahaan tempat mereka bekerja, mengingat seretnya likuiditas keuangan perusahaan ditambah dengan beratnya beban biaya tenaga kerja. Sehingga PHK menjadi salah satu opsi bagi para pengusaha.
“Jadi imbas dari covid-19 ini selain ada dangernya tapi ada opportunity-nya juga. Dangernya yang pertama adanya pemutusan hubungan kerja yang cukup tinggi. Kemudian yang kedua adalah tentunya karena di Indonesia ini penyerapan tenaga kerja ini sekitar 97% dari sektor UMKM dan mereka juga salah satu yang terkena imbasnya. Bahkan di asosiasi saya terutama di bisnis yang terkait dengan adanya social distancing seperti bisnis spa, bisnis salon, mereka sudah banyak yang menutup gerainya bahkan sekitar 3 minggu yang lalu. Sehingga sangat berdampak besar terhadap para pelaku bisnis di Indonesia,” ungkap Tri yang juga menjabat sebagai Chairman Komunitas IBN.
Untuk itu, lanjut Tri, di tengah pandemi ini para pelaku bisnis harus bisa melakukan strategi bertahan dan bisa menangkap peluang yang ada. Tujuannya jelas, yaitu agar bisnisnya tetap bisa survive.
“Kalau saya lihat di pemberitaan saat ini ternyata banyak sekali perusahaan-perusahaan yang melakukan strategi. Bahkan beberapa perusahaan yang tadinya menjual kosmetik sekarang menjual hand sanitizer karena memang sedang dibutuhkan di Indonesia. Ini merupakan suatu terobosan yang dilakukan para pelaku bisnis di tanah air. Mereka juga membuat masker, karena sekarang keluar rumah sudah wajib pakai masker,” jelasnya.
Bahkan Tri bilang, pabrik mobil pun telah melakukan suatu hal yang boleh dibilang out of the box. Dimana fasilitas produksinya telah disulap menjadi pabrik masker. Selain itu juga ada merek pakaian dalam dan pabrik tv yang kini sudah mulai menjual produk-produk masker.
“Saya kira ini menjadi pembelajaran bisnis yang sangat menarik. Jadi ketika era pandemi seperti ini orientasi terhadap pasar ternyata digarap serius oleh para pelaku brand di Indonesia. Tapi apakah kita akan mengarah kesana semua, tentunya tidak ya. Tapi kalau saya melihat beberapa pelaku brand, contoh di bidang elektronik, mereka mengeluarkan AC yang boleh dibilang anti virus atau anti bakteri. Jadi itu salah satu kreativitas atau inovasi yang dilakukan oleh mereka. Banyak sekali kreativitas yang dimunculkan ke publik untuk survive di bisnis mereka,” papar Tri.
Senada dengan Tri, Marketing Director SANKEN, Teddy Tjan juga menyatakan dampak dari pandemic covid-19 ini membuat situasi perusahaan tidak kondusif, terutama dari sisi finance. Sehingga tak heran kalau akhirnya banyak perusahaan yang telah merumahkan bahkan sekaligus melakukan PHK terhadap karyawannya.
“Makanya, sekali lagi lakukanlah efisiensi di segala bidang. Kalau kayak kita di pabrik yang meliputi divisi produksi, marketing, finance, sales dan hrd itu semua benar-benar di splits lah, mana yang bisa diefisiensikan. Jadi dengan kata lain, kita memaksimalkan sumber daya manusia dan teknologi dalam perusahaan di waktu seperti sekarang ini,” kata Teddy yang juga menjadi narasumber di acara IBN E-Gathering & Charity 2020.
Meski begitu, kata dia, melakukan aktivitas branding di tengah gempuran pandemi covid-19 ini masih sangat perlu dilakukan. Salah satunya dengan memanfaatkan online activity seperti marketplace dan platform. Dimana saat ini hampir semua company boleh dibilang telah melakukan aktivitas penjualannya melalui platform dan marketplace seperti Tokopedia, Shoppee, Blibli dan lain sebagainya.
“Ini tentunya berhubungan dari pasar offline ke online. Dan ini benar-benar mempercepat pasar yang luar biasa. Jadi ini semacam pemindahan aktivitas lah. Bahkan teleconference seperti Zoom ini saja bisa tiba-tiba mendadak jadi orang terkaya ya kan,” jelasnya.
Sementara jika dilihat dari sisi dunia akademisi, pengamat ekonomi sekaligus dosen Universitas Airlangga (Unair), Dr. Gancar Candra Premananto, MSi., CMA mengatakan bahwa dampak pandemic covid-19 ini, pihaknya berada di wilayah zona kuning yang boleh dibilang masih bisa mengambil peluang yang ada, salah satunya melalui aktivitas e-learning.
“Setahun yang lalu ada banyak permintaan dari berbagai daerah untuk membuat kelas di luar Surabaya. Ketika kita rapatkan dengan para dosen dan pengelola, kita belum siap, terutama dari sumber daya manusia dari beberapa wilayah. Paling yang bisa kita lakukan adalah e-learning. Cuma waktu itu belum kita siapkan. Dan di awal tahun ini kita seolah dipaksa untuk masuk ke kelas e-learning,” kata Gancar.
Selain itu, kata Gancar, pihaknya juga telah membuat AULA (Airlangga Universitas e-Learning Application) dan menyiapkan virtual library yang bisa diakses oleh para mahasiswanya melalui situs MM (Magister Manajemen) Unair. Sehingga ruang baca sudah ditiadakan lagi.
“Jadi mahasiswa kalau mau mencari materi ke virtual library ini. Jadi perpustakaannya sudah kita masukkan kesini. Dan persiapan seperti itu memang sudah harus kita lakukan. Makanya, ini adalah tantangan bagi kita untuk dapat menangkap masalah opportunity ini,” tutup Gancar.