INFOBRAND.ID, JAKARTA - Perusahaan otomotif Jepang Toyota, melalui anak perusahaan Toyota Chemical Engineering (TCE) tengah mengembangkan bisnis daur ulang baterai yang disebut hampir membuat lompatan ekologis dengan cara baru tanpa proses pembakaran.
Mengutip siaran pers di laman Toyota Times, Jumat (9/2/2024), pengembangan tersebut berusaha beralih dari proses daur ulang konvensional yang umumnya membakar baterai lama kemudian mengumpulkan bahan-bahan penting dari abunya.
Dengan cara konvensional memang cukup berhasil, namun proses ini sangat boros karbon dan bukan cara yang paling efektif untuk mendapatkan kembali semua bahan dalam sel baterai.
TCE saat ini berencana menyuling elektrolit (kandungan dalam baterai) agar tidak terlalu mudah terbakar, dan lebih aman untuk ditangani. Dengan begitu, TCE akan dapat mengoyak baterai secara lebih menyeluruh, dan menghancurkan sel-selnya, membuatnya lebih mudah untuk dipilah-pilah, dan untuk mendapatkan kembali materialnya.
Sisa-sisa baterai yang disebut zat hitam itu mengandung aluminium, besi, dan banyak logam langka, menurut TCE. Perusahaan mengklaim bahwa metode baru ini mengurangi emisi CO2 (karbon dioksida) yang terlibat dalam proses daur ulang baterai, dan meningkatkan tingkat pemulihannya.
Saat ini TCE melakukan proses daur ulang tersebut pada mobil-mobil listrik Toyota seperti Toyota Prius generasi ke-3 dan bZ4X. Perusahaan menyebut, peningkatan adopsi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir tentu semakin meningkatkan kebutuhan akan logam langka untuk baterainya, seperti kobalt atau lithium. Cadangan sumber daya mineral ini terbatas, dan penambangan yang tidak terencana dapat mengakibatkan penipisan sumber daya.
“Meskipun kebanyakan orang tidak pernah berkesempatan untuk melihat baterai tersebut, membuangnya (baterai) ketika mobil mencapai masa pakai semakin menjadi masalah yang serius," demikian TCE.