INFOBRAND.ID- PT United Tractors Tbk (UT) berkomitmen dalam operasionalnya menjunjung tinggi prinsip yang berkelanjutan guna menjaga keseimbangan antara lingkungan, manusia, dan kegiatan usaha. Tak mengherankan, UT yang merupakan anak usaha PT Astra International Tbk. meraih peringkat “Gold” dalam ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2022.
“Topik sustainability sedang makin mengemuka. Ini selalu menjadi driver kami dalam bisnis. Kenapa? Karena, jika melihat portofolio UT, itu cukup kental dengan bidang komoditas. Dari sisi value chain, bisnis UT itu dimulai sebagai distributor alat berat. Alat beratnya dari Komatsu dan kami bertugas sebagai distributor,” ungkap Sara K. Loebis, Head of Corporate Governance and Sustainability Division UT.
Dalam portofolio bisnisnya, UT kemudian berkembang memiliki layanan jasa pertambangan dan juga tambang batu bara sendiri. Sisi inilah yang banyak men-drive bisnis namun juga memunculkan pertanyaan, apakah masa depan UT akan terus-menerus terkait dengan batu bara atau memang ada aspek-aspek lain?
“Strategi keberlanjutan menjadi penting karena di dalam UT dan anak-anak usahanya ada sekian puluh ribu man power. Kami ingin memastikan bahwa kalaupun batu bara semakin lama semakin dibatasi, ada bidang lain yang berkembang. Sehingga, dalam portofolio bisnis muncul lini bisnis lain yang tidak terkait dengan batu bara, yaitu tambang emas, kontraktor sipil, dan energi terbarukan,” Sara menjelaskan.
Baru-baru ini, UT juga dalam proses mengakuisisi tambang mineral. Hal ini menjadi salah satu langkah UT yang sedang berevolusi, membangun keseimbangan dalam portofolio bisnis antara batu bara dan nonbatu-bara. Artinya bisnis nonbatu-bara akan semakin dikembangkan.
“Kami memiliki cita-cita dalam aspirasi keberlanjutan UT, di 2030 akan ada perimbangan 50:50 kontribusinya dari coal dan non-coal,” ujar Sara.
Lalu, bagaimana perusahaan membangun bisnis berkelanjutan? Dari dulu, UT sudah menerapkan prinsip operasi bisnis yang efisien. Salah satu contoh adalah di bisnis kontraktor pertambangan yang mengoperasikan kurang-lebih 4.000 unit alat berat. “Kami memproduksi 104 juta ton batu bara untuk banyak pemilik tambang di Indonesia. Operasi yang masif ini membutuhkan penggunaan energi yang besar, serta menghasilkan emisi,” katanya.
Untuk mengendalikan emisi, diterapkan berbagai cara dalam operasional kontraktor tambang. Contoh, penggunaan biofuel atau biodiesel di seluruh alat berat; rekayasa desain tambang yang optimal; penerapan teknologi untuk memantau produktivitas alat berat; dan operator alat berat yang terlatih dengan benar. Seluruh upaya ini memiliki dampak yang signifikan dalam efisiensi energi sehingga mereduksi emisi yang dihasilkan.
Di lini bisnis penjualan alat berat, emisi yang dihasilkan memang tidak semasif di lini kontraktor penambangan. Emisi pada umumnya dihasilkan dari kendaraan operasional untuk canvassing maupun mobilisasi mekanik. Untuk itu, kendaraan operasional UT pun menggunakan biofuel. Sementara untuk kebutuhan energi listrik di kantor maupun mess karyawan, UT memanfaatkan rooftop solar photovoltaic (Solar PV). Khusus di Head Office, UT sudah menggunakan listrik dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN.
“Perseroan telah menetapkan bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai salah satu strategi transisi korporasi. Pengembangan dan penggunaan teknologi yang kini tengah dikembangkan adalah Solar PV dan pembangkit listrik mini hydro,” ungkapnya.
Bicara circular economy, Sara menjelaskan, pada bisnis alat berat sebenarnya circular economy merupakan salah satu kunci utama untuk menjadi lebih efisien. UT sebagai pemimpin pasar dalam penyediaan alat-alat berat khususnya di sektor konstruksi dan pertambangan yang digunakan di seluruh Indonesia mengembangkan keahlian untuk menangani, merawat, dan memperbaiki produk ataupun komponen alat berat yang dimanfaatkan pelanggan.
Dari keahlian itu, Perseroan melalui anak perusahaan mengembangkan kegiatan remanufaktur dan rekondisi pada produk dan komponen yang telah terpakai. Langkah ini dapat memperpanjang usia pakai produk, mengurangi pemakaian bahan baku, dan mencegah timbulan limbah sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular.
Yang dilakukan UT antara lain melakukan kegiatan remanufaktur dan rekondisi alat berat dan komponennya yang berpusat di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Kegiatan remanufaktur ini merekondisi mesin dan komponen penting alat berat sehingga alat berat yang turun mesin memperoleh mesin pengganti dan dapat langsung beroperasi kembali.
Lini bisnis kontraktor penambangan juga menerapkan strategi circular economy dalam hal rekondisi ban dan komponen. Fasilitas pabrik tyre retread dan pabrik component exchange (comex) ini juga terdapat di Balikpapan.
Secara keseluruhan, lini bisnis yang terkait dengan alat berat didorong untuk melakukan program-program inovatif dengan tujuan Zero Overhaul to Scrap, sebagai alternatif untuk memperpanjang masa manfaat alat berat.
Beralih ke program CSR, di mana pun UT berada, salah satu KPI yang harus diakukan oleh manajemen setempat adalah menjalankan program CSR untuk masyarakat sekitar. “Yang menjadi fokus kami adalah pilar pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi masyarakat. Setiap kami punya kantor cabang atau job site, kami minta tim kami untuk melakukan mapping kebutuhan apa dari empat pilar tersebut yang paling krusial bagi masyarakat setempat,” katanya.
Di 2022, ada sekitar 190 ribu orang penerima manfaat CSR UT. Kriteria penerima manfaat ini diukur dengan berbasis pendekatan Social Return on Investment (SROI), yang hasilnya cukup baik.
Perusahaan di Grup Astra ini pun menerapkan kriteria Astra Friendly Company (AFC), yaitu kriteria pengelolaan hubungan dan pengembangan masyarakat sekitar, termasuk pelaksanaan CSR. Kriteria AFC memuat tiga area penting, yaitu Value, Mindset, dan Behavior yang diperiksa pemenuhannya setiap tahun di seluruh instalasi Perseroan. Pada 2021, terdapat 74 instalasi Perseroan yang ikut serta dalam penilaian AFC, dan 15 unit mendapatkan peringkat tertinggi, yaitu Bintang 5.