Perkembangan bisnis waralaba di Tanah Air diperkirakan akan mendapatkan momentum angin segar mulai tahun depan. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Ginting Supit saat ditemui Infobrand.id pekan lalu di Jakarta.
“Tahun depan [2020] kami memprediksi geliat bisnis waralaba akan lebih kencang dibandingkan tahun ini, karena sudah akan ada kepastian dari sisi regulator siapa yang akan memimpin. Biar bagaimana kami selaku pelaku usaha pasti membutuhkan kepastian,” ujarnya.
Untuk tahun ini Levita menyebut banyak dari kalangan pelaku usaha yang memilih untuk melihat dan mencermati keadaan (wait and see) ketimbang memperluas gurita bisnis mereka.
IKLAN INFOBRAND.ID
“Sekarang kecenderungannya lebih menunggu untuk buka franchise, mereka akan melihat dulu kondisinya seperti apa baru setelah itu akan ekspansi,” tuturnya.
Sebenarnya, perlambatan konsumsi dan perluasan usaha segmen waralaba sudah mulai terasa pada semester II/2018. Menurut Levita, pengaruh agenda politik pada dengan masa kampanye yang telah dimulai pada pertengahan 2018 membuat para entrepreneur memilih bermain aman.
“Kampanye itu kan mulai dari pertengahan tahun lalu, sudah pasti ada dampaknya walaupun tidak terlalu besar, namun yang pasti ada dirasakan oleh para pelaku usaha. Tetapi semua optimistis akan berjalan baik,” imbuhnya.
Levita juga mengapresiasi respon masyarakat yang tetap mendukung bisnis sektor waralaba ditengah indikasi penurunan daya beli akhir-akhir ini.
“Respon masyarakat juga cukup positif,” ungkapnya singkat.
IKLAN INFOBRAND.ID
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, market size pasar waralaba di Indonesia pada 2017 diperkirakan sekitar Rp200 triliun. Angka tersebut disumbang oleh gerai waralaba yang berasal dari luar negeri maupun waralaba asli Indonesia dengan persentase 65% : 35% untuk gerai asing.
Adapun, Wali sendiri memprediksi bisnis waralaba akan tumbuh sekitar 7% pada sepanjang tahun ini dengan dominasi tetap pada sektor makanan dan minuman atau food and beverage.
“Kedepan yang mau di-push adalah sektor jasanya, karena kami melihat pada sektor tersebut ada peluang dan potensi untuk berkembang,” imbuhnya.
Sebagai informasi, untuk setiap pengusaha yang ingin berkecimpung dalam bisnis waralaba, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) sudah mulai memberlakukan regulasi kepemilikan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba atau STPW.
Pada periode 2013 hingga 2018, Kemendag mencatat telah menerbitkan 210 STPW, yang terdiri dari 79 pemberi waralaba luar negeri, 75 pemberi waralaba dalam negeri, dan 44 pemberi waralaba luar negeri. Lalu, 8 pemberi waralaba lanjutan dan 4 STPW perpanjangan.
