Bicara kopi tidak akan pernah ada habisnya di negeri yang bernama Indonesia. Biji hitam nan pahit itu sudah begitu mengakar dalam kebudayaan masyarakatnya.
Pertama sekali, komoditas dengan bahasa ilmiah coffea ini dibawa oleh Belanda pada 1696 dari Malabar, India ke tanah Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Setelahnya, bisa ditebak. Kopi jadi salah satu primadona perkebunan di seluruh Nusantara dengan sebaran hampir di setiap wilayah.
Bercakap soal kopi dan budaya, Redaksi punya contoh sempurna dari sinergitas tersebut. Adalah Bangflo Kopi yang merupakan akronim dari Banggain Flores. Usaha kopi tradisional besutan Handrianus Yovin Karwayu ini cakap menggabungkan unsur kuliner dengan sentuhan budaya lokal yang kental.
“Saya membangun konsep Bangflo ini dengan menggabungkan tiga bidang usaha, yakni kopi, tourism, dan handicraft. Saya mengambil tanggung jawab itu untuk mengangkat kopi asli Flores disini. Kemudian, saya juga mengangkat pariwisata NTT melalui informasi berbagai destinasi wisata. Lalu, handicraft berupa tenun yang memang sudah banyak dikenal orang,” ujarnya seperti yang dilansir Antara, Rabu (9/10).
Gabungan tiga bidang berbeda itu seolah makin sempurna dengan kemasan desain interior kedai yang selaras, membawa diri dalam khayalan eksotis kepulauan Nusa Tenggara. Untuk urusan kopi, Yovin mendatangkan langsung produk terbaik dari kampung halamannya. Varian berkualitas macam Bajawa, Manggarai, Yellow Katura, Red katura, Arabika Unggul, dan Robusta Tuang memenuhi lineup menu kedai kopinya.
“Semua pekerja disini juga asli NTT. Ada yang saya bawa langsung dari Flores, ada pula orang Flores yang memang sudah tinggal di Jakarta,” tutur pria muda yang memutuskan resign pada 2015 dan mulai merintis Bangflo Kopi.
Kini Yovin mantab menjalankan bisnisnya dengan dua gerai yang tersebar di kawasan Alam Sutera Tanggerang dan di Kampus Atmajaya Jakarta. Konsep dan karakter kuat dari Bangflo Kopi akhirnya membuahkan apresiasi. Pada 2018, dia diminta KBRI Uzbekistan dan Kyrgyzstan untuk ambil bagian dalam memperkenalkan kopi Indonesia di kedua negara tersebut.
“Dari sana ikatan saya semakin kuat dengan Bangflo Kopi. 100% saya cinta usaha ini dan mencoba berkontribusi membangun kebudayaan lokal sekaligus memberdayakan masyarakatnya,” tegasnya.
Untuk diketahui, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam menyokong perekonomian. Kopi juga salah satu produk perdagangan ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa selain minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar kopi di dalam negeri masih cukup besar.
Berdasarkan Statistik Kopi Indonesia 2017 yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi nasional, khususnya perkebunan rakyat (PR), terus meningkat. Pada 2015 produksi kopi PR tercatat sebesar 602.000 ton. Angka tersebut kemudian naik menjadi 632.000 ton pada 2016 dan 636.700 ton pada 2017.
Sementara itu, produksi kopi Indonsia sebagian besar diperuntukan bagi pasar ekspor, dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Pada 2015 ekspor kopi indonesia mencapai 502.000 ton dengan nilai mencapai US$1,2 miliar. Kemudian turun pada 2016 dengan ekspor 414.650 ton atau setara US$1 miliar.
Fluktuasi perdagangan terjadi. Komoditas perdagangan kopi Indonesia di pasar internasional kembali terapresiasi. Pada 2017 tercatat penjualan kopi ke mancanegara menjadi 467.800 ton dengan perkiraan nilai sekitar US$1,1 miliar.