INFOBRAND.ID- Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan punya kontribusi mendorong pencapaian sustainable development goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030.
SDGs yang terdiri dari 17 tujuan penting ini merupakan tujuan global di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan diikuti oleh banyak negara di dunia. Sejumlah tujuan itu antara lain tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, industri, inovasi dan infrastruktur, penanganan perubahan iklim, dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Setiap tahunnya setiap negara akan melaporkan pencapaian SDGs ke PBB.
Executive Director of Center for Entrepreneurship Change and Third Sector, Maria R Nindita Radyati mengatakan, sustainability atau keberlanjutan memiliki tujuan akhir pencapaian SDGs. Sementara prosesnya atau aktivitasnya adalah CSR itu sendiri.
Arah dari keberlanjutan ini, tambahnya, adalah memastikan generasi penerus di masa depan punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya dan meneruskan kehidupan di masa mendatang. Dampak keberlanjutan itu kata dia, mencakup aspek alam, lingkungan hidup, ekonomi, sosial dan kesejahteraan.
Founding Director of MM Sustainability Universitas Trisakti ini berpendapat, kegiatan CSR berkaitan erat dengan prestasi bisnis jika perusahaan melakukannya dengan cara yang benar. Oleh karena itu, target SGDs itu sangat bermanfaat bagi keberlanjutan bisnis tersebut.
Manfaat lainnya dari CSR adalah untuk mitigasi risiko bisnis perusahaan sehingga bisa mempertahankan keunggulan kompetitifnya dibandingkan dengan perusahaan lain.
"Kalau bisa menunjukkan kontribusi positif dari CSR itu maka bisa memberi image baik dan menaikkan harga saham perusahaan. Itulah cita-cita semua perusahaan terutama yang sudah go public," ucapnya.
Semua kegiatan industri tentu memiliki tujuan keberlanjutan yang berbeda satu sama lain. Sertifikasi keberlanjutannya pun berbeda-beda. Tidak hanya pertambangan, tetapi perbankan dan pariwisata juga bisa mempraktikkan upaya keberlanjutan untuk mencapai SGDs.
Wakil Ketua Komite CSR Kamar Dagang dan Industri ini juga berpandangan, CSR perusahaan sebaiknya tidak hanya untuk eksternal tetapi juga perlu menyentuh internal perusahaan.
Ia pun mengingatkan, sustainability tidak hanya terbatas pada konsep lingkungan tetapi juga terkait ekonomi. Salah satunya adalah bagaimana bisa membangun masyarakat sejahtera dalam konteks komunitas.
Misalnya, dalam bisnis pertambangan. Pemilik perusahaan bisa berkontribusi dalam pencapaian SDGs di tujuan energi bersih. Di sisi lain, ia juga bisa sambil berkontribusi menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta membuat kebutuhan air bersih dan sanitasi layak masyarakat sekitar terpenuhi.
Semua pendekatan yang dilakukan perusahaan dalam CSR untuk mencapai SDGs harus benar-benar holistik.
Ia menyebut, untuk mencapai SDGs pada 2030, perusahaan yang masih melakukan praktik bisnis yang merusak lingkungan hidup wajib memperbaiki lingkungan. Bahkan perusahaan itu perlu melakukan praktik bisnis berkelanjutan terhadap lingkungan. Selain bisa menaikkan nilai ekonomi bisnisnya, ia juga sekaligus melestarikan lingkungan hidup.
Pemerintah pun perlu terlihat dalam sinergi itu sehingga bisa menerapkan penegakan hukum terhadap masyarakat yang melakukan perusakan lingkungan.
Sementara itu, perusahaan yang sudah mengacu pada standar global tentu sangat berkepentingan memastikan rantai bisnisnya berkelanjutan dan ramah lingkungan.