Distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia, PT. United Tractors Tbk. berhasil menghimun pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp65,6 triliun pada akhir kuartal III/2019. Capaian tersebut meningkat 7% dibandingkan dengan periode yang sama 2018.
Dikutip dari laman resmi perseroan pada Senin (25/11), Emiten dengan ticker UNTR tersebut berhasil mempertahankan kinerja positifnya pada sepanjang tahun ini berkat beberapa strategi khusus.
“Peningkatan pendapatan bersih disumbang oleh beberapa unit usaha, yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas, dan Industri Konstruksi. Adapun, secara angka masing-masing unit berkontribusi sebesar 28%, 46%, 13%, 9% dan 4% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian,” tulis UNTR dalam keterangan persnya.
Sejalan dengan peningkatanpendapatan bersih, laba bruto Perseroan juga meningkat sebesar 8% dari Rp15,1triliun menjadi Rp16,2triliun. Namun demikian, adanya peningkatan biaya keuangan dan efek dari translasi mata uang asing membuat laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk (laba bersih Perseroan)menurun 5% menjadi Rp8,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp9,1 triliun.
Sampai dengan bulan September 2019, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 2.568 unit atau turun 30% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangandan perkebunan.
“Dari total penjualan alat berat tersebut, sebanyak 43% dialokasikan kesektor pertambangan, 29% kesektor konstruksi, 15% ke sektor kehutanan, dan sisanya 13% ke sektor perkebunan. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat sama dengan tahun lalu yaitu sebesar Rp6,8triliun,” sebut United Tracktors.
Penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucksmengalami penurunan dari 624 unit menjadi 387 unit serta penjualan produk Scania turun dari 683 unit menjadi 382 unit. Penurunan penjualan UD Trucks dan Scania karena pengaruh penurunan harga batu bara dimana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan.
Secara keseluruhanpendapatan lini bisnis Mesin Konstruksi menurun sebesar 15% menjadi sebesar Rp18,2 triliun dibandingkan Rp21,3triliun pada periode yang sama tahun 2018.
Sementara itu, unit usaha Perseroan di bidang Kontraktor Penambangan dijalankan oleh PT Pama persada Nusantara (PAMA), membukukan peningkatan pendapatan bersih sebesar 4% menjadi Rp30,0triliun. PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 90,5 juta ton menjadi 96,4 juta ton, sementara itu volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat dari 717,6 juta bcm menjadi 749,9juta bcm.
Adapun, beberapa unit usaha perseroan lain yang ikut membentuk kinerja keuangan pada laporan ini adalah PT Tuah Turangga Agung (TTA), PT Agincourt Resources, PT Acset Indonusa Tbk (ACSET), dan PT Bhumi Jati Power (BJP).