Pada masa sekolah dasar, mungkin kita sering mendengar pribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”. Saat ini, di era kekinian, ungkapan tersebut mungkin sedikit terkoreksi menjadi “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang menjadi taipan”.
Imajinasi tentang kesuksesan bukan melulu soal impian. Nurul Atik adalah bentuk paripurna dari kesuksesan itu sendiri. Siapa sangka, 30 tahun lalu, pria rendah hati ini awalnya merupakan seorang cleaning service. Tapi saat ini, Atik menjadi seorang pengusaha ayam goreng kenamaan beromset Rp1,2 triliun pada 2018, dengan margin 15%. Woww!
Dibawah bendera Rocket Chicken, Atik mampu memperluas gurita bisnisnya dengan jumlah gerai mencapai 650 outlet. Ketika dihubungi INFOBRAND.ID melalui sambungan telp pada Jumat siang (9/8), Atik bercerita soal kesuksesan usahanya.
“Saya memulai usaha Rocket Chiken tepat pada 21 Februari 2010. Saat ini hanya wilayah Sulawesi dan Papua saja yang belum kami masuki, selebihnya sudah ter-cover,” ucapnya.
Penggunaan nama Rocket Chiken memiliki makna tersendiri buat Atik. Dengan menggunakan brand tersebut, dia berharap bisnis ayam gorengnya akan selalu terbang meroket untuk menggapai sukses.
Pemilihan segmen bisnis food and beverage pun bukan sebuah kebetulan. Pria dengan logat bicara Jawa kental itu sebelumnya pernah bekerja pada salah satu gerai restoran cepat saji yang mengkhususkan diri pada ayam goreng. Dari situlah, ilmu pengolahan ayam dia dapatkan.
Ketika dikonfirmasi apa yang membedakan usahanya sehingga mendulang kesuksesan bertubi-tubi, secara rendah hati Atik menyebut dirinya tidak bisa menilai dan membiarkan masyarakat yang mengukur. Pun demikian soal break even point (BEP). Akan tetapi, dia memberikan sejumlah catatan terkait bagaimana membangun bisnis yang benar sehingga dapat tumbuh dan berkembang.
“Biar saja yang menilai masyarakat. Yang bisa saya katakan adalah dalam industri makanan, kita harus senantiasa mengembangkan inovasi karena selera orang itu unik, dan bermacam-macam. Untuk itu kita harus bisa mengakomodir semuanya. Kemudian, kita juga harus teliti dalam mengelola usaha dan ulet. Intinya, kalo tidak bisa berinovasi pasti akan ketinggalan,” ujarnya.
Dalam skema kerjasama, Atik memasang biaya kemitraan Rp20 juta untuk lima tahun kontrak. Lalu, estimasi keperluan serta peralatan operasional sebesar Rp250 juta. Angka itu, disebutnya diluar dari bea sewa tempat.
“Ada jasa management-nya tiap bulan sebesar 4% pada tahun pertama. Untuk tahun selanjutnya adalah sebesar 5%,” jelasnya.
Namun, apabila dinilai tidak mencukupi skema margin yang diharapkan atau terlalu memberatkan para mitra, Atik memberikan kompensasi dengan cara merestrukturisasi kebijakan tersebut.
Adapun, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon mitra adalah luas gerai minimal 100 meter persegi. Kemudian, jarak antara satu outlet dengan outlet yang lainnya mininal 3 kilometer dari gerai Rocket Chiken terdekat. Ketentuan jarak tersebut berlaku untuk gerai yang berlokasi di kota dengan skala kepadatan yang tidak terlalu tinggi atau kota kecil.
“Dalam membuka gerai baru kami mengikuti arus. Hanya saja, saat ini pola persebarannya dari Yogyakarta ke arah Jawa Barat. Di Pontianak dan Banjarmasin kami juga tumbuh bagus, ” imbuhnya.
Untuk meningkatkan engagement, Rocket Chiken kerap menggelar undian berhadiah kendaraan bermotor kepada para konsumennya. Selain itu, gerai ayam goreng asli Indonesia itu juga memanfaatkan platform Instagram dalam mensosialisasikan produk terbaru sebagai media promosi.
Untuk diketahui, memasuki semester II/2019, Rocket Chiken telah mampu mencapai target bisnis yang telah ditentukan.
“Target-target sudah achieve saat ini. Untuk gerai baru antriannya sudah ada untuk 75 cabang baru,” tutupnya.