Kebanyakan Air Kemasan di Indonesia Ternyata Berasal dari Air Tanah
Posted by: Zeinal Wujud | 05-09-2025 16:23 WIB | 591 views
Menteri LH ungkap mayoritas air kemasan di Indonesia berasal dari air tanah, bukan pegunungan, serta risiko jangka panjangnya.

INFOBRAND.ID, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan fakta mengejutkan terkait industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia. Menurutnya, sebagian besar produk yang beredar di pasaran selama ini bukan berasal dari sumber pegunungan, melainkan dari air tanah.
Baca juga:
- CLEO Resmi Masuk Indeks Global FTSE Russell dan MSCI
- Jiwater Rayakan HUT RI ke-80 dengan Misi Berbagi Gizi
Hanif menegaskan bahwa masyarakat sebaiknya tidak langsung percaya dengan label air pegunungan yang banyak terpampang di botol kemasan. Hingga saat ini, belum ada perusahaan yang benar-benar memanfaatkan air permukaan secara berkelanjutan untuk produk mereka.
"Jadi Bapak jangan terpedaya oleh minuman-minuman yang ada di atas meja itu Pak. Belum ada satupun minuman kemasan yang menggunakan air permukaan secara sustainable untuk produknya. Hanya untuk pricingnya, iya," kata Hanif dikutip dari CNBC Indonesia, dikutip Kamis (4/9/2025).
Hanif menilai praktik ekstraksi air tanah secara berlebihan yang dilakukan oleh perusahaan AMDK dapat menimbulkan ancaman serius bagi ketersediaan sumber daya air di masa depan. Ia mengingatkan bahwa tanpa upaya konservasi, pasokan air bisa menjadi semakin terbatas.
"Semisal kita perusahaan air minum, tanpa kita memperhatikan konservasi jangka panjang. Suatu ketika, maka suplai air kita akan terbatas. Saya enggak usah sebut namanya. Namanya air minum pegunungan. Tetapi yang digunakan air tanah," ujarnya.
Lebih lanjut, Hanif menjelaskan bahwa air tanah membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pulih. Laju peresapan air tanah hanya sekitar 100 cm per hari, sehingga kapasitas pemulihannya sangat terbatas. Kondisi ini membuat keberlanjutan pasokan air tanah semakin sulit dijamin jika terus dieksploitasi tanpa kendali.
Meskipun banyak perusahaan air minum mengklaim telah menerapkan program konservasi, Hanif menilai langkah tersebut belum berjalan optimal. Menurutnya, konsep konservasi sering kali hanya sebatas jargon dan belum benar-benar diimplementasikan secara nyata.
"Maka konsep konservasi sebagai investasi jangka panjang ini baru sebatas drama. Baru sebatas kemudian semacam mantra yang banyak disampaikan oleh perusahaan, belum kita implementasikan," ujarnya.
Baca juga:
- Le Minerale Jadi Pilihan Utama Gen Z di 2025
- Kepercayaan Konsumen Mengantar Air Minum Biru Meraih Top Brand Award 2025
Pernyataan ini menjadi peringatan penting bagi pelaku bisnis, pemerintah, maupun masyarakat untuk lebih kritis dalam melihat praktik industri air kemasan. Dengan meningkatnya kebutuhan air bersih dan risiko krisis air di masa depan, penerapan konservasi dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan menjadi tantangan besar yang harus segera dijawab.