Ahad, 28 September 2025

Follow us:

infobrand
11th INFOBRAND

Kebanyakan Air Kemasan di Indonesia Ternyata Berasal dari Air Tanah

Posted by: Zeinal Wujud | 05-09-2025 16:23 WIB | 591 views

Menteri LH ungkap mayoritas air kemasan di Indonesia berasal dari air tanah, bukan pegunungan, serta risiko jangka panjangnya.

Kebanyakan Air Kemasan di Indonesia Ternyata Berasal dari Air Tanah Air minum dalam kemasan di Indonesia mayoritas berasal dari air tanah, bukan dari sumber pegunungan. (Sumber: Freepik)

INFOBRAND.ID, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan fakta mengejutkan terkait industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia. Menurutnya, sebagian besar produk yang beredar di pasaran selama ini bukan berasal dari sumber pegunungan, melainkan dari air tanah.

Baca juga:

Hanif menegaskan bahwa masyarakat sebaiknya tidak langsung percaya dengan label air pegunungan yang banyak terpampang di botol kemasan. Hingga saat ini, belum ada perusahaan yang benar-benar memanfaatkan air permukaan secara berkelanjutan untuk produk mereka.

IKLAN INFOBRAND.ID

IBOS EXPO 2025

"Jadi Bapak jangan terpedaya oleh minuman-minuman yang ada di atas meja itu Pak. Belum ada satupun minuman kemasan yang menggunakan air permukaan secara sustainable untuk produknya. Hanya untuk pricingnya, iya," kata Hanif dikutip dari CNBC Indonesia, dikutip Kamis (4/9/2025).

Hanif menilai praktik ekstraksi air tanah secara berlebihan yang dilakukan oleh perusahaan AMDK dapat menimbulkan ancaman serius bagi ketersediaan sumber daya air di masa depan. Ia mengingatkan bahwa tanpa upaya konservasi, pasokan air bisa menjadi semakin terbatas.

"Semisal kita perusahaan air minum, tanpa kita memperhatikan konservasi jangka panjang. Suatu ketika, maka suplai air kita akan terbatas. Saya enggak usah sebut namanya. Namanya air minum pegunungan. Tetapi yang digunakan air tanah," ujarnya.

IKLAN INFOBRAND.ID

TOP INNOVATION CHOICE AWARD 2025

Lebih lanjut, Hanif menjelaskan bahwa air tanah membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pulih. Laju peresapan air tanah hanya sekitar 100 cm per hari, sehingga kapasitas pemulihannya sangat terbatas. Kondisi ini membuat keberlanjutan pasokan air tanah semakin sulit dijamin jika terus dieksploitasi tanpa kendali.

Meskipun banyak perusahaan air minum mengklaim telah menerapkan program konservasi, Hanif menilai langkah tersebut belum berjalan optimal. Menurutnya, konsep konservasi sering kali hanya sebatas jargon dan belum benar-benar diimplementasikan secara nyata.

"Maka konsep konservasi sebagai investasi jangka panjang ini baru sebatas drama. Baru sebatas kemudian semacam mantra yang banyak disampaikan oleh perusahaan, belum kita implementasikan," ujarnya.

IKLAN INFOBRAND.ID

JASA PRESS RELEASE

Baca juga:

Pernyataan ini menjadi peringatan penting bagi pelaku bisnis, pemerintah, maupun masyarakat untuk lebih kritis dalam melihat praktik industri air kemasan. Dengan meningkatnya kebutuhan air bersih dan risiko krisis air di masa depan, penerapan konservasi dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan menjadi tantangan besar yang harus segera dijawab.


Share This Article!

Video Pilihan dari INFOBRAND TV