JAKARTA, INFOBRAND.ID - Pembukaan akses literasi yang berkualitas bagi seluruh anak merupakan kunci lahirnya pembangunan SDM kompetitif guna menyambut Visi Indonesia 2045. Selain itu, kolaborasi antar pihak mengenai literasi pemula sangat krusial mengingat saat ini terdapat 24 juta anak berusia 5–9 tahun akan mencapai usia produktif pada dua dekade mendatang dan menjadi tulang punggung pembangunan. Kesimpulan ini merupakan hasil diskusi perwakilan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta pegiat literasi dalam forum “Literasi untuk 10 Juta Anak Indonesia”.
“Setiap anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, berhak mendapatkan akses literasi dan pendidikan yang berkualitas sejak dini. Aplikasi Sekolah Enuma: Bahasa Indonesia yang kita luncurkan hari ini merupakan kulminasi kerja delapan tahun yang diharapkan membantu anak- anak untuk belajar secara mandiri menggunakan platform digital,” kata CEO Enuma, Inc. Sooinn Lee.
Aplikasi ini menyediakan konten belajar setara dua tahun penggunaan dengan materi yang disusun berdasarkan kurikulum nasional, nilai-nilai Pancasila, kebudayaan Indonesia, dan kearifan lokal. Pengembangan aplikasi melibatkan 60 individu profesional nasional, termasuk edukator, penyusun kurikulum, penulis cerita, ilustrator, dan aktor.
“Kami berharap Sekolah Enuma: Bahasa Indonesia dapat diterima dengan baik dan mampu menjangkau 10 juta anak Indonesia, bahkan lebih. Aplikasi dapat diunduh dan digunakan seterusnya secara gratis dan tanpa iklan. Melalui kerja sama dengan yayasan, CSR perusahaan, dan para pemangku kepentingan lainnya, kami berharap seluruh keluarga di Indonesia dapat mendapat manfaat dari aplikasi ini,” ujar representasi Enuma Indonesia Juli Adrian.
Pentingnya Kolaborasi
Saat ini, pemerintah terus mengupayakan peningkatan kemampuan literasi minimum dari 53,20 persen pada 2019 menjadi 61,20 persen pada 2024. Selain itu, angka partisipasi PAUD juga didorong dari 30,85 persen pada 2020 menjadi 32,28 persen pada 2024. Kolaborasi seluruh pihak menjadi bagian penting mencapai target tersebut.
“Mengenalkan budaya literasi kepada anak usia dini menjadi bekal untuk membentuk karakter anak menjadi lebih kompetitif, cerdas, dan berempati. Sekolah Enuma: Bahasa Indonesia hadir untuk mengisi kesempatan belajar anak yang hilang sekaligus menguatkan kualitas kegiatan literasi di seluruh nusantara dan mencetak generasi emas 2045,” ujar Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbudristek Muhammad Hasbi.
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kemendikbudristek Abdul Khak menambahkan, “Pelaksanaan program Gerakan Literasi Nasional (GLN) selama lima tahun terakhir yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan keluarga menjadi cerminan bahwa peningkatan kualitas literasi menjadi cerminan bahwa peningkatan kualitas literasi adalah tanggung jawab bersama. Dukungan dari sektor swasta dan mitra lain memiliki peran penting untuk mencapai tujuan nasional bersama.”
Duta Baca Indonesia Heri Hendrayana Haris memiliki pandangan, orang tua memiliki peran yang vital dalam tumbuh kembang dan minat baca anak sejak dini. “Masa kanak-kanak adalah saat yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca. Kuncinya adalah orang tua harus menyediakan akses membaca di rumah. Aplikasi ini dapat menjadi titik masuk yang baik karena dibuat seperti permainan, dan kemudian orang tua bisa mulai menambahkan majalah, cerita pendek, dongeng, atau apa pun yang ditujukan untuk menstimulasi imajinasi anak-anak,” ujar Heri.
Ketua Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah Sofie Dewayani menambahkan, gaya bercerita yang menarik dan sederhana diperlukan untuk menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap kebiasaan membaca.
“Guru dapat membiasakan anak-anak untuk membaca buku cerita selama 15 menit sebelum mulai belajar. Pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dapat memanfaatkan buku-buku cerita yang relevan. Aplikasi ini menjadi inspirasi guru dalam menggunakan cerita dan permainan agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan,” ujar Sofie.
Strategi untuk menumbuhkan minat baca sejak dini dengan pendekatan belajar sambil bermain juga disampaikan oleh Koordinator Bidang Penilaian dan Pembelajaran Direktorat PAUD Kemendikbudristek Lestari Koesoemawardani.
“Sekolah Enuma: Bahasa Indonesia yang dapat diakses luring (offline) menjadi alternatif pembelajaran khususnya bagi anak usia 5–9 tahun yang sedang mempelajari huruf alfabet dan membaca sebagai dasar literasi. Konten belajar dalam aplikasi juga menstimulasi anak untuk memiliki pemahaman yang lebih baik pada penguasaan literasi dasar,” tutup Lestari.