JAKARTA, INFOBRAND.ID – Banyaknya pilihan pendanaan di masyarakat seperti finansial technology (fintech) peer to peer, kredit usaha rakyat (KUR) perbankan, hingga bantuan sosial membuat industri gadai di tanah air semakin ketat. Imbasnya, pertumbuhan kinerja PT Pegadaian (Persero) pun relatif stagnan. Tercatat hanya 1-2 persen saja setiap tahunnya.
Guna memenangkan peta persaingan, Pegadaian berencana akan menjual seluruh produknya melalui kanal-kanal digital sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto baru-baru ini di Jakarta.
“Sedapat mungkin seluruh produk kita sudah digital sehingga kita memasarkan ke masyarakat. Karena pengguna pegadaian digital baru 1 juta dari 12 juta nasabah, itu PR kami,” tuturnya.
Di tahun ini, kata dia, investasi capital expenditure (capex) dan operating expenses (opex) di Pegadaian digelontorkan sebanyak Rp500 miliar dan akan meningkat di tahun depan sebesar Rp700 miliar.
Untuk memperkuat pemasaran dan penjualan produknya, lanjut Kuswiyoto, pihaknya juga terus berkolaborasi melalui sinergi bisnis dengan berbagai mitra, baik dengan BUMN, swasta, hingga perguruan tinggi dan asosiasi di seluruh Indonesia.
Kali ini, Pegadaian melakukan kolaborasi dengan 22 mitra yang terdiri atas perusahaan BUMN, swasta, dan satu perguruan tinggi asal Medan, Sumatera Utara (Sumut).
“Kami akan terus membangun dan memperkuat jejaring sinergi bisnis melalui kolaborasi dengan berbagai mitra. Kolaborasi merupakan kunci perseroan untuk terus bertumbuh di tengah era disrupsi ekonomi digital,” jelasnya.
Hingga Agustus 2019, tambah Kuswiyoto, Pegadaian telah melakukan kolaborasi bisnis dengan 20 perusahaan BUMN, 8 perusahaan swasta, 29 perguruan tinggi, dan 4 asosiasi di seluruh Indonesia. [ded]