Perusahaan penyedia jasa kuliner khas Jepang, Sushi Tei, menggelar sejumlah kegiatan bertema lingkungan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu sebagai upaya menjaga kelestarian laut Indonesia.
Direktur PT Sushi Tei Indonesia Sonny Kurniawan mengatakan kegiatan yang lakukan pihaknya antara lain penanaman pohon bakau (mangrove), melepaskan tukik atau anak penyu, dan penanaman terumbu karang.
“Kami sadar bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dan sebagai sebuah restoran yang mayoritas menggunakan bahan baku dari hasil laut, kami perlu mengambil bagian dalam menjaga kelestarian laut dengan mengembalikan apa yang sudah diambil dari laut,kembali ke laut – 'From Sea to Sea'," ujarnya seperti yang dikutip dari Antara, Selasa (24/9).
Kegiatan bertema "From Sea To Sea" yang digelar pada 21 September 2019 itu diikuti seluruh jajaran direksi dan 200 karyawan dengan tujuan menjaga kelestarian laut beserta ekosistemnya.
Sebagai informasi, terumbu karang berfungsi sebagai ‘jaminan’ ketersediaan ikan bagi laut. Artinya, wilayah sekitar terumbu karang adalah tempat berkembang biak sebagian besar ikan di laut.
Nutrisi masyarakat dunia yang berasal dari protein ikan laut tergantung dari keberadaan terumbu karang. Begitu juga dengan Mangrove yang membentuk tempat perlindungan yang nyaman (tempat bertelur) bagi biota laut, khususnya udang, kepiting dan ikan.
Sedangkan penyu mempunyai peran penting dalam menjaga ekosistem laut yang sehat, tambahnya, laut yang sehat akan menjadi habitat berjuta-juta ikan sebagai sumber protein penting bagi manusia.
“Kami berharap apa yang kami lakukan di Pulau Pramuka dapat membantu menjaga kelestarian laut beserta ekosistemnya. Kami persembahkan ini untuk seluruh masyarakat Indonesia agar bermanfaat bagi bangsa dan negara hingga anak cucu kita nanti," sambung Sonny.
Pada kesempatan itu Green Edelweiss Foundation (GEF) yang merupakan organisasi nirlaba dan sudah berpengalaman dalam melakukan kegiatan konservasi menyerahkan sertifikat terkait kegiatan tersebut.
Beberapa waktu lalu, PT Sushi Tei Indonesia terlibat polemik dengan mantan presdirnya yang berujung pada sengketa di meja hijau. Sang mantan bos, Kusnadi Rahadja, tidak terima setelah para pemegang saham memberhentikan dirinya sebagai presiden direktur pada 2 Juli 2019 melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Kekecewaan yang dialami Kusnadi tersebut kemudian diduga yang mendasari tindakannya melakukan sejumlah perbuatan yang merugikan keuangan Sushi Tei. Alhasil, kedua belah pihak berusaha menyelesaikan perkara ini melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.