INFOBRAND.ID-Meski telah berusia setengah abad, PT Prodia Widyahusada Tbk., sebagai pelopor layanan laboratorium klinik, terus beradaptasi untuk menjaga keunggulan bisnisnya. Caranya adalah dengan melakukan transformasi dan inovasi, dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tantangan bisnis, dan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan layanan digitalisasi secara masif dimulai dari langkah transformasi digital yang dilakukan Prodia sejak melantai di bursa pada 2016. Agar bisa menjadi mitra penyedia health & wellness bagi masyarakat, Prodia memberikan layanan next generation healthcare. Karena itulah, Prodia mulai mendigitalisasi proses bisnis, mengubah cara kerja, berinvestasi di teknologi, dan melakukan modernisasi.
Menurut Andri Hidayat, Direktur Digital Service Transformation & IT Prodia, pengembangan yang dilakukan mengacu pada aspek personalized, preventive, predictive, dan antisipatory. Alasannya, perawatan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya preventif atau pencegahan, bukan pengobatan saja. “Jadi, orang bisa melihat dalam beberapa tahun ke depan dia punya potensi penyakit apa saja,” kata Andri.
IKLAN INFOBRAND.ID
Untuk itu, Prodia tidak henti mengembangkan inovasi tes baru. Di antaranya, dengan menghadirkan layanan tes genomik, tes risiko atau prediksi penyakit, dan pengembangan layanan baru seperti layanan khusus untuk perempuan, anan-anak, dan warga senior. Prodia juga telah memanfaatkan teknologi in vitro diagnostics untuk pengujian spesimen dari dalam tubuh yang didukung dengan sistem teknologi informasi (TI).
Menurut Andri, transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan mindset dan budaya. “Digital strategy development yang dijalankan Prodia menitikberatkan pada perubahan kultur digital, kolaborasi dengan healthcare provider lain, dan fokus pada customer journey,” katanya.
Andri mengungkap fakta bahwa layanan digitalisasi makin meningkat sejak pandemi, karena orang makin membutuhkan layanan yang aman, cepat, dan akurat. Imbasnya, dengan digitalisasi, Prodia bisa mewujudkan operasi perusahaan dengan efisiensi dan produktivitas yang makin baik.
Bahkan, dia menyebutkan, pada tahun 2020 kontribusi revenue dari Prodia Mobile App hanya 0,6%, pada 2021 naik menjadi 4,7%. Lalu, pada 2022 naik lagi menjadi 13% dan pada kuartal I/2023 sudah 16%. Selain itu, dengan solusi mobile app, interaksi pasien dengan Prodia secara tatap muka berkurang 70%. Dari sisi internal, juga terjadi efisiensi proses hampir lebih 35%.
Upaya transformasi digital ini dilakukan Prodia dengan sangat serius. Buktinya, 50% total capex (capital expenditure)-nya digunakan untuk pengembangan TI dan teknologi lab.
IKLAN INFOBRAND.ID
Tentu, keberhasilan ini tidak akan tercapai tanpa didukung dengan SDM yang andal. Andri menjelaskan, pada masa awal pandemi Covid-19, di tengah menurunnya kondisi bisnis, pihaknya memanfaatkan momen itu untuk konsolidasi internal.
Di tahun 2020, Prodia membentuk tim baru dalam struktur organisasi yang disebut Enterprise Digital & Data Management. Selain itu, juga dibentuk tim Digital Transformation. Tim ini terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian: marketing, finance, human capital, dan sebagainya, dengan status tim ad hoc.
Tim Digital Transformation bertugas mengawal transfomasi digital perusahaan. Adapun tim Enterprise Digital & Data Management untuk memperkuat kapabilitas Prodia dalam hal data analytics dengan melibatkan orang-orang yang ahli di bidang data science hingga machine learning engineering.
Pada 2021, manajemen melihat transformasi ini harus diperdalam. Karenanya, kedua tim itu, Enterprise Digital & Data Management dan Digital Transformation, dimasukkan sebagai bagian resmi dari struktur organisasi perusahaan.
Saat ini Prodia sedang menyiapkan penggunaan artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk mendukung data analytics. Harapannya, ke depan Prodia bisa menjadi IDO (Insight-Driven Organization): segala keputusan dan kebijakan bisnis perusahaan itu didorong dari data analytics.
IKLAN INFOBRAND.ID
Hal menarik lainnya, Prodia telah mengembangkan aplikasi kesehatan terintegrasi U by Prodia yang akan menjadi one stop health solution service. U by Prodia merupakan produk PT Prodia Digital Indonesia (PRDI), anak usaha Prodia yang khusus mengembangkan aplikasi digital. PRDI akan lebih fokus ke digital solution, sedangkan Prodia (induknya) fokus terhadap layanan core-nya, yakni lab klinik.
Aplikasi U by Prodia dibangun sebagai ekosistem kesehatan terkini yang memungkinkan pelanggan mengelola kesehatannya yang dipersonalisasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengguna. Pada tahap awal, pengguna dapat mengakses layanan pemeriksaan lab, layanan pembelian suplemen kesehatan, dan layanan Home Service Prodia. “Nantinya, Prodia Mobile itu akan kami migrasikan ke U By Prodia,” ungkap Andri.
Dia menjelaskan, dengan didukung teknologi AI dalam proses penghimpunan data, U by Prodia dapat menjadi salah satu digital tool yang memahami kebutuhan kesehatan pasien. “Pemahaman mengenai pentingnya teknologi digital untuk diterapkan merupakan salah satu pendorong utama yang dipercaya Prodia akan meningkatkan sistem pelayanan keseharian yang bermodel patient-centric,” katanya.
Di usia yang telah menginjak 50 tahun ini, Prodia telah memperoleh berbagai sertifikasi di bidang kesehatan dan menjadi lab klinik pertama di Indonesia yang berhasil mendapatkan akreditasi dari College of American Pathologist (CAP) selama 10 tahun berturut-turut. “Pencapaian ini membawa Prodia sejajar dengan kualitas laboratorium internasional dan menjadi layanan kesehatan terpercaya menunjang pengobatan generasi baru,” kata Andri dengan nada bangga.
