Posted by: Dedi Hidayat 08-01-2020 16:19 WIB 5655 viewer
JAKARTA, INFOBRAND.ID - Digitalisasi telah menimbulkan suatu fenomena yang disebut dengan Digital Darwinism, yaitu ketika perkembangan teknologi lebih cepat dari kemampuan perusahaan mengantisipasinya. Dalam ruang pengamatan, kita melihat ratusan brand yang telah mapan berguguran satu demi satu. Survival of the fittest, demikianlah hanya yang mampu beradaptasi yang akan bertahan bahkan unggul di era baru ini.
Sayangnya, menemukan suatu resep jitu yang berlaku secara umum dalam konteks lingkungan disruptif ini sangatlah sulit. Dave Snowden, seorang pemikir manajemen dari IBM mengungkapkan bahwa konteks pengambilan keputusan di era teknologi ini telah mengarah pada sifat kompleks, bahkan chaotic. Sifat ini ditandai dengan best practices yang tidak lagi relevan. Suatu praktek marketing yang berhasil di suatu brand, belum tentu memberikan hasil yang sama jika diterapkan di brand lain. Sifat alamiah keputusan di konteks ini adalah mencari novel practices, atau sesuatu yang selalu baru.
Untuk menyikapi hal tersebut, PPM School of Management, Ketua Center for Innovation and Collaboration, Dr. Wahyu T . Setyobudi, ATP, CPM mengungkap tiga kunci yang dapat menjadi pegangan para pemasar atau brand owner di era digital ini yaitu: collaboration, innovation, dan agility.
“Kolaborasi perlu dilakukan dengan berbagai pihak antara lain konsumen, supplier, EO, agency, distributor, pemerintah daerah, dan bahkan tidak menutup kemungkinan dengan kompetitor. Kerjasama ini diarahkan untuk menggalang co-creation dimana nilai baru yang relevan diciptakan dari sinergi antar pihak,” kata Wahyu pada INFOBRAND.ID.
Dengan kolaborasi yang intens, lanjut Wahyu, dapat menjadi bahan bakar dari inovasi pemasaran. Dimana inovasi sendiri telah memiliki dimensi kebaruan dan relevan dalam perspektif pelanggan. Sehingga diperlukan usaha terus menerus untuk selalu terdepan dalam pemanfaatan digital trend di seluruh dimensi pemasaran, mulai dari proses analitik, perumusan strategi, hingga eksekusi.
“Baik untuk produk, maupun inovasi harga yang dinamis, channel yang beragam dan cara komunikasi dua arah yang lebih tajam dan bervariasi,” ujarnya.
Kunci terakhir yang tak kalah penting untuk para pemasar adalah dimana brand perlu menerapkan agility mindset dan practices. Agility merupakan suatu sifat manajemen yang mengutamakan kecepatan eksekusi dan akselerasi pembelajaran, sehingga mampu menghasilkan keputusan pemasaran yang cepat dan berkualitas.
“Sudah bukan masanya lagi, pengembangan produk atau layanan yang makan waktu lama dengan sistem waterfall, menunggu semuanya sempurna baru launching. Produk disempurnakan oleh feedback langsung dari konsumen, dalam suatu proses co-creation yang terus menerus. Tentu adaptasi konsep agile ini memerlukan suatu struktur organisasi dan mindset baru dalam menjalankan proses pemasaran,” jelas Wahyu.
Berangkat dari 3 prinsip kompetisi di era baru yaitu Kolaborasi, Inovasi dan Agility, Wahyu menyarankan beberapa tips sebagai berikut: