Advan bagaimana pun boleh kita sebut sebagai produsen yang benar-benar melokal," ucap Rudiantara.
Rudiantara juga menyoroti kemampuan Advan yang dapat memahami masyarakat Indonesia, melebihi pesaing dari luar negeri. Ia juga membahas prestasi yang mereka toreh tahun lalu.
"Tahun 2017 dapat peringkat nomor tiga terbaik, secara keseluruhan masih nomor satu (di antara vendor lokal), semoga tahun depan bisa mempertahankan peringkat itu," ujar Rudiantara.
Pada kunjungannya ke pabrik Advan untuk kali keduanya, Rudiantara juga beberapa kali melontarkan candaan.
"Yang kotak ini bawa pulang gratis, ya?" canda Rudiantara.
Ia juga sempat menawarkan seorang perempuan pengemudi Go-Jek untuk memilih warna smartphone Advan yang diinginkannya.
Rudiantara berharap vendor lokal seperti Advan bisa mengeluarkan smartphone 4G murah agar dapat membantu sektor digital lainnya, seperti transportasi online, yang notabene bergantung pada smartphone.
Hal itu disebutnya sesuai dengan target pemerintah agar ponsel 4G bisa di bawah Rp 1 juta. Ia juga memuji Advan yang memudahkan akses smartphone4G pada pegawainya.
"Di sini saya apresiasi juga karena karyawan diberikan harga khusus (untuk membeli ponsel 4G)," ucap Rudiantara.
“Kita juga harus membangun kesadaran masif kepada masyarakat agar lebih menghargai produk karya anak bangsa.”
Advan menggambarkan persaingan mereka melawan vendor dari luar negeri seperti pertempuran antara orang biasa dan raksasa, serupa David melawan Goliath.
Di tengah kerasnya persaingan dari vendor Korea Selatan, Taiwan, dan Tiongkok, pihak Advan tetap percaya bisa berkembang karena kultur perusahaan mereka terfokus pada memahami kebutuhan orang Indonesia.
"Untuk kultur perusahaan, Advan mencoba membangun nilai-nilai bersahabat, ini kita sebut Advan Friendship. Ini adalah jiwa dari Advan, yang kita kembangkan dari mitra bisnis, mulai dari internal, SDM, pekerja, hingga konsumen," ujar Tjandra Lianto, Marketing Director Advan.
Advan pun turut berupaya mengganti mindset pelanggan terhadap produk-produk lokal yang sebetulnya tidak kalah berkualitas dibanding pesaing dari luar negeri.
"Ini hanya beda di label, masalah experience dan persepsi. Saat mereka pakai (produksi vendor lokal), ternyata baik-baik saja," jelas Tjandra.