JAKARTA, INFOBRAND.ID – Schneider Electric, pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, mempertegas komitmen perusahaan dalam mendukung proses digitalisasi di seluruh rantai pasok pangan untuk membangun sektor makanan dan minuman (mamin) yang lebih berkualitas dan sustainable.
Sebagai Perusahaan Paling Berkelanjutan pada tahun 2021 menurut Corporate Knights, Schneider Electric memiliki rekam jejak baik keahlian maupun solusi digital yang dapat mendukung industri mamin mengatasi tantangan krisis pangan dan dampak lingkungan.
Solusi EcoStruxure for Food & Beverage dari Schneider Electric memungkinkan ndustri mamin mengintegrasikan seluruh rantai pasok pangan untuk meningkatkan visibilitas, transparansi, optimalisasi produksi, serta efisiensi energi.
Peringatan Hari Pangan Sedunia “Our Actions are Our Future” pada 16 Oktober 2021 mendatang membawa pesan kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dunia untuk membangun rantai pasok pangan yang lebih sustainable. Masyarakat dunia harus terhubung kembali dengan alam, bekerja bersama menciptakan sektor pangan yang lebih baik. Mulai dari pengelolaan produksi yang lebih berkualitas dan efisien, konsumsi yang lebih bijak, serta pengurangan jumlah sampah makanan.
Dalam studinya yang berjudul “Global Food Losses and Food Waste”, The Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan sekitar sepertiga atau sekitar 1,3 miliar ton per tahun dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia secara global terbuang. Hal ini juga berarti banyak sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pangan tersebut terbuang sia-sia termasuk emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akibat dari produksi dan distribusi pangan.
Pangan terbuang terjadi di tiap rantai pasok mulai dari lahan pertanian, pabrik pengolahan, distribusi hingga ketika dikonsumsi oleh konsumen. Sebagai ilustrasi, bila hasil panen tidak sesuai warna atau bentuknya maka hasil panen tersebut tidak memenuhi syarat untuk dapat dibawa ke pabrik pengolahan. Ketika dalam proses pengiriman ke pabrik pengolahan terdapat hasil panen yang rusak, maka seluruh hasil panen dalam satu palet tersebut akan ditolak.
Dalam proses pengolahan / pemrosesan makanan juga tidak kalah banyaknya makanan yang terbuang. Salah satunya adalah dalam pengemasan makanan. Ketika posisi pelabelan atau pengemasan tidak sesuai standar, maka makanan tersebut tidak dapat dipasarkan.
Transportasi dari pabrik ke pusat distribusi dan supermarket juga menjadi sumber kerusakan lainnya. Kemudian akhirnya makanan tersebut sampai di rumah, sangat sering kita tidak menghabiskan sebagian dari makanan yang kita beli, memasukkannya ke lemari es untuk hari lain dan akhirnya membuangnya karena kadaluwarsa.
Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, mengatakan “Makanan terbuang sia-sia di sepanjang rantai pasok sangat lah meresahkan, tidak hanya ketika memikirkan jumlah makanan yang terbuang, tetapi juga bagaimana dengan 1 miliar lebih orang yang kelaparan.
Sementara itu permintaan akan makanan ke depannya akan tumbuh lebih besar lagi karena populasi dunia telah melewati angka 7 Miliar dan perkiraan mencapai 9 Miliar pada tahun 2050. Untuk mengatasi tantangan ini, kita tidak hanya perlu untuk memproduksi bahan pangan lebih banyak lagi, namun juga memastikan rantai pasokan industri Makanan & Minuman (Mamin) dapat lebih efisien dan andal sehingga makanan dapat diproses, disimpan dan didistribusikan dengan aman dan sesuai dengan standard operating procedure (SOP).
Digitalisasi rantai pasok pangan dengan pemanfaatan internet of things, artificial intelligence, machine learning dan digital twin adalah solusi terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.”