INFOBRAND.ID-Jaringan penjualan makanan cepat saji asal Amerika Serikat, Popeyes akan kembali hadir di Indonesia, setelah sekian tahun menghilang. Popeyes sebelumnya pernah hadir di Indonesia pada tahun 2000-an, namun satu per satu gerai Popeyes di Indonesia mengalami penutupan. Kali ini, Popeyes hadir kembali dengan menggandeng PT Sari Chicken, anak perusahaan PT Sari Burger, yang berada di bawah naungan Restaurants Brand Asia (RBA), sebagai bagian dari upaya Popeyes untuk melebarkan pasar di kawasan Indonesia. Bahkan, secara resmi menargetkan pembukaan 300 gerai di berbagai kota di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1972 di New Orleans, Louisiana, Popeyes kini menjadi salah satu restoran ayam goreng cepat saji terbesar di dunia yang telah berkembang dan berada di lebih 30 negara dengan lebih 3.900 cabang.
Popeyes didirikan oleh Al Copeland pada tahun 1972, yang pada saat itu adalah seorang pengusaha toko donat di New Orleans. Dia meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun dan memilih bekerja di Schwegmann's Grocery di Gentilly dan di Tastee Donut di sanalah dia belajar mengelola bisnis jasa makanan. Namun, setelah beberapa tahun bekerja, lambat laun, dia menyadari bahwa ayam goreng mungkin merupakan bisnis makanan cepat saji yang lebih menguntungkan. Hingga akhirnya, Copeland memutuskan untuk membuka restoran baru yang menyajikan ayam goreng tradisional selatan dan mulai meniru ide bisnis KFC yang telah mendulang kesuksesan di tahun 1970-an.
Bekat, inovasi Copeland dalam menghadirkan menu yang berbeda melalui bumbu Lousiana Cajun yang khas, aromatik dan pedas, membuat bisnis tersebut menjadi sangat sukses. Lalu, pada tahun 1985, Copeland memutuskan membuka franchise dan terbukti Popeyes mendominasi pasaran dengan punya jaringan lebih dari 500 restoran. Pada 1980-an, saat itu posisi jaringan restoran ayam didominasi oleh KFC sebagai pemegang posisi teratas, lalu disusul oleh Church's dan Popeyes, di mana keduanya mengklaim pangsa pasar yang jauh lebih kecil di urutan kedua dan ketiga. Kemudian hal yang sangat mengejutkan tiba, di mana Al Copeland pemilik dari Popeyes memutuskan untuk membeli pesaingnya Church's senilai US$400 juta.
Namun, ternyata Church's tidak ingin dibeli oleh Popeyes, karena baginya Popeyes merupakan perusahaan yang lebih kecil. Karena, penolakan tersebut, membuat Popeyes terus berjuang, hingga akhirnya menemukan kesepakatan merger, di mana kedua restoran tersebut menjadi satu pada tahun 1989. Sayangnya, langkah tersebut merupakan salah satu keputusan bisnis terburuk dalam sejarah Popeyes hingga membuat perusahaan hampir mengalami kebangkrutan pada tahun 1991. Pasalnya, dana perusahaan Popeyes banyak dihabiskan untuk melakukan meger, sehingga hutang dan bunganya menjadi terlalu banyak. Beruntungnya, Canadian Imperial Bank of Commerce yang mempunyai perusahaan induk America's Favorite Chicken (AFC) bertanggung jawab atas Cruch’s dan Popeyes dan secara efektif menyelamatkan mereka dari kebangkuran.
Akhirnya, Church's dijual beberapa tahun kemudian dan Popeyes tetap menjadi fokus terbesar perusahaan. Sementara itu, Copeland mempertahankan hak atas resep Popeyes dan melisensikan penggunaannya ke AFC dari tahun 1992 hingga 2014 seharga US$3,1 juta per tahun. Pada tahun 2014, AFC membeli rasio campuran bumbu rahasia seharga US$43 juta.
Pada 2017, era baru dimulai di Popeyes, jaringan restoran cepat saji tersebut diakuisisi oleh perusahaan besar Restaurant Brands International, pemilik Burger King dan Tim Hortons, dengan harga sekitar US$1,8 miliar. Sejak saat itu, jaringan Popeyes tersebut telah menambahkan sejumlah besar lokasi dan telah meluncurkan Sandwich Ayam Goreng yang sekarang menjadi ikon dari Popeyes. Per 2021, Popeyes telah membuka 208 restoran baru tahun lalu dengan total lebih 3.000 restoran di seluruh AS & Kanada. Bahkan, di 2022, Popeyes mulai membuka lebih banyak lokasi baru dengan total lebih dari 3.700 lokasi di seluruh dunia.